Kita sering kali merasa tergoda untuk mengadukan segala kesulitan hidup kepada sesama manusia. Namun, tahukah kita bahwa tindakan ini sebenarnya dapat mencerminkan rasa ketidakpuasan terhadap takdir yang telah Allah tetapkan untuk kita?

Mengeluh kepada sesama manusia seakan-akan sama dengan mengeluh kepada Tuhannya sendiri. Sementara meratapi nasib yang dihadapi hanya akan membuat kita semakin tidak bersyukur atas karunia yang telah diberikan oleh Allah. Imam Al-Junaid pernah menyatakan bahwa orang yang suka mengeluh kepada sesama manusia seolah-olah mengeluh kepada Tuhannya, sedangkan orang yang sedih dengan urusan duniawinya sebenarnya sedang membenci Allah.

Dalam Islam, lebih baik bila kita menyalurkan keluhan-keluhan kita secara langsung kepada Allah melalui munajat, yaitu dengan memohon pertolongan dan belas kasih-Nya. Salah satu momen terbaik untuk bermunajat adalah ketika melaksanakan shalat tahajud di tengah malam, di saat semua orang terlelap. Saat itulah kita bisa dengan leluasa bermunajat kepada Allah tanpa ada yang mendengar kecuali-Nya.

Tidak ada larangan untuk melakukan curhat kepada sesama manusia, asalkan tidak sampai pada level mengeluh atau menggunjing Allah. Curhat kepada sesama bisa menjadi wadah untuk mencari solusi terbaik atas masalah yang dihadapi. Namun, dalam bercurhat, penting untuk tetap menjaga batas agar tidak melampaui kewajaran.

Kisah Nabi Musa yang sering bermunajat kepada Allah seharusnya menjadi inspirasi bagi kita. Dalam doanya, Nabi Musa selalu menegaskan bahwa segala puji hanya bagi Allah dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan. Dengan melakukan munajat, kita bisa merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta dan merasakan ketenangan dalam hati.

Jadi, mari belajar untuk lebih bersyukur atas segala karunia yang telah diberikan Allah, dan berusaha untuk selalu menyampaikan keluhan kita kepada-Nya melalui munajat, karena hanya Dia lah yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa-doa hamba-Nya.