Pilkada Jakarta yang baru saja berlalu meninggalkan kesan yang mendalam bagi masyarakat. Perbedaan pilihan seringkali menjadi pemicu perselisihan dan perlakuan tidak mengenakkan terhadap sesama. Hal ini terjadi bahkan di antara sesama Muslim, di mana seorang individu merasa memiliki hak untuk merendahkan atau mengolok-olok individu lain hanya karena perbedaan pilihan politik.
Namun, sebagaimana yang disampaikan oleh Habib Umar bin Hafidz dari Hadramaut, Yaman, menyakiti sesama Muslim merupakan dosa besar yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Tidak ada dalil yang memperbolehkan seorang Muslim untuk menyakiti sesama Muslim, meskipun mereka memiliki perbedaan pendapat yang signifikan.
Perasaan takut akan olok-olok dan perlakuan buruk dapat membuat orang lain merasa terintimidasi dan cemas. Rasulullah SAW sendiri telah memberikan contoh dalam menghadapi orang-orang yang kurang baik dengan penuh kasih sayang dan pengampunan. Beliau tidak pernah mencela, mengancam, atau menyakiti dalam bentuk apapun. Sikap beliau yang penuh kelembutan menjadi teladan bagi umat Islam dalam berinteraksi dengan sesama.
Dalam memilih pemimpin, penting bagi kita untuk menjaga sikap dan perilaku kita. Meskipun kita memiliki pilihan yang berbeda, kita seharusnya tetap menghormati satu sama lain dan tidak menjelek-jelekan atau menyebarkan fitnah yang dapat melukai hati umat Islam lainnya. Kita bisa mengajak orang lain dengan cara yang baik, tanpa perlu mencela atau merendahkan pilihan mereka.
Kisah tentang bagaimana Rasulullah SAW menghadapi orang-orang yang kurang baik seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Beliau menunjukkan bahwa kelembutan, kasih sayang, dan keramahan lebih efektif dalam mendekati orang-orang yang berbeda pendapat atau perilaku. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang penuh dengan saling pengertian dan toleransi, meskipun ada perbedaan di antara kita.