Niat merupakan hal yang sangat fundamental dalam pelaksanaan ibadah. Tanpa niat, ibadah seseorang dianggap tidak sah. Niat berada di dalam hati seseorang dan menunjukkan kesengajaan dalam menjalankan ibadah tertentu. Menurut para ahli fiqih, niat memiliki dua fungsi utama. Pertama, niat digunakan untuk membedakan antara aktivitas ibadah dan aktivitas sehari-hari lainnya. Kedua, niat digunakan untuk membedakan antara jenis ibadah satu dengan yang lain.
Niat tidak harus dilafalkan secara lisan, namun cukup dengan apa yang dipikirkan di dalam hati. Meskipun demikian, melafalkan niat dapat membantu seseorang untuk lebih fokus dan konsentrasi terhadap niatnya, terutama bagi orang yang rentan terhadap gangguan pikiran.
Dalam konteks shalat Idul Adha, contoh lafal niat dalam bahasa Arab disertakan sebagai panduan bagi umat Muslim. Lafal niat ini dibaca menjelang takbiratul ihram dan juga dapat disampaikan dalam bahasa lokal. Namun, perlu diingat bahwa kedudukan lafal niat hanya bersifat sekunder dan bertujuan untuk membantu orang yang akan menjalankan shalat agar lebih mantap dan fokus pada niatnya. Yang terpenting tetaplah niat yang tulus dalam hati terkait pelaksanaan shalat Idul Adha.
Dalam Madzhab Syafi’i, niat diartikan sebagai kesungguhan melakukan sesuatu yang dilakukan bersamaan dengan aktivitas awal saat shalat. Artinya, niat tersebut sebaiknya dilakukan dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram saat memulai shalat Idul Adha.
Dengan demikian, penting bagi umat Muslim untuk memahami dan menghayati pentingnya niat dalam pelaksanaan ibadah, termasuk dalam shalat Idul Adha. Niat yang tulus dan ikhlas dapat menjadi landasan utama dalam menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan dan penghayatan.