Amalan-amalan yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh niatnya. Niat memainkan peran penting dalam menentukan nilai dari suatu amalan. Dalam ibadah puasa, niat memiliki peran yang sangat vital terutama bagi umat Muslim yang hendak menjalankan ibadah puasa.
Menurut madzhab Imam Syafi’i, niat puasa wajib harus dilakukan pada malam hari sebelum fajar shadiq. Jika seseorang lupa untuk berniat puasa pada malam sebelumnya, maka puasanya pada hari itu dianggap tidak sah. Meskipun demikian, dalam hukum fiqih, orang tersebut tetap diwajibkan untuk berpuasa pada hari tersebut meskipun puasanya dianggap tidak sah. Selain itu, orang tersebut juga harus mengganti puasanya di hari lain di luar bulan Ramadhan.
Imam Qalyubi menyarankan agar pada malam pertama bulan Ramadhan, seseorang berniat untuk berpuasa sepanjang bulan Ramadhan. Dengan cara ini, jika seseorang lupa berniat pada malam tertentu, puasanya tetap dianggap sah dan tidak perlu menggantinya. Namun demikian, niat berpuasa untuk satu bulan penuh hanya berlaku jika puasanya tidak terputus. Jika puasanya terputus karena sakit, haid, atau perjalanan, maka wajib untuk berniat kembali untuk hari-hari yang tersisa.
Di Indonesia, para ulama telah membudayakan niat berpuasa bersama-sama setiap malam setelah shalat tarawih berjama’ah. Selain itu, penting juga untuk membiasakan niat berpuasa sebulan penuh secara bersama-sama pada malam pertama bulan Ramadhan sebagai langkah pencegahan agar puasa tetap sah meskipun ada kelalaian dalam niat.
Dengan memperhatikan niat dengan baik, maka ibadah puasa yang dilakukan akan menjadi lebih bermakna dan diterima di sisi Allah SWT.