Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sebuah ibadah yang mengajarkan kita untuk menjadi hamba yang bertakwa. Dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan bahwa puasa di bulan Ramadhan diwajibkan agar umat-Nya dapat bertakwa kepada-Nya. Namun, apakah dengan berpuasa sebulan penuh seseorang langsung berpredikat sebagai muttaqin, orang yang bertakwa?
Seorang yang bertakwa memiliki beberapa kriteria yang dapat dilihat dari ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Salah satunya adalah orang yang berinfak di saat senang dan susah, menahan amarah, serta memberi maaf kepada orang lain. Ketika seseorang mampu berinfak tanpa melihat kondisi, menahan amarah meskipun emosi memuncak, dan mudah memaafkan kesalahan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang yang bertakwa.
Menahan amarah bukan berarti tidak boleh marah sama sekali, tetapi bagaimana seseorang dapat mengontrol emosinya dan hanya mengekspresikannya ketika diperlukan. Sementara dalam memberi maaf, bukan sekadar mengucapkan kata maaf belaka, tetapi juga merasakan keridhaan, keikhlasan, dan tanpa dendam di dalam hati.
Menjadi orang bertakwa dalam ibadah puasa tidaklah mudah. Hal ini membutuhkan kesadaran akan tujuan yang hendak dicapai dengan berpuasa. Dengan menyadari tujuan tersebut, seseorang akan lebih mempersiapkan diri secara matang untuk menjalani ibadah puasa dengan sebaik-baiknya setiap tahunnya.
Jadi, setelah kita berpuasa puluhan kali sepanjang hidup kita, apakah kita sudah menjadi hamba yang bertakwa? Apakah kita sudah mampu berinfak di kala suka dan duka, menahan amarah, serta mudah memaafkan orang lain? Semoga setiap ibadah puasa yang kita lakukan membawa kita lebih dekat untuk menjadi hamba yang bertakwa sesuai dengan ajaran agama kita.