Menyambut tahun ajaran baru, baik di pesantren, madrasah, sekolah, maupun jenjang kampus, memberikan warna tersendiri bagi individu yang mengalaminya. Proses ujian, perjuangan masuk sekolah atau kampus favorit, serta upaya untuk memperoleh ilmu dan kearifan di pesantren menjadi bagian dari perjalanan pencari ilmu.
Salah satu kitab populer di pesantren yang membahas etika pencari ilmu adalah kitab Ta’limul Muta’allim karya Syekh Az-Zarnuji. Kitab ini menjadi pegangan dasar dalam bidang akhlak dan pembelajaran di sebagian pesantren.
Syekh Az-Zarnuji menulis kitab Ta’limul Muta’allim karena merasa resah dengan kekeliruan niat dan metode sebagian besar pencari ilmu pada zamannya. Kitab ini menguraikan berbagai aspek mulai dari niat belajar, persiapan mencari ilmu, mencari guru, memilih kawan, hingga etika terhadap kitab serta resep untuk meningkatkan daya hapal dan mempermudah rezeki.
Dalam kitabnya, Syekh Az-Zarnuji menyebutkan bahwa dalam mencari ilmu seseorang harus memiliki enam hal penting:
- Kecerdasan: Kemampuan untuk belajar.
- Ketekunan: Kesungguhan dalam mengikuti proses pembelajaran.
- Kesabaran: Sikap sabar dan yakin dalam menghadapi kendala.
- Bermodal: Kesiapan finansial yang mencukupi.
- Petunjuk Guru: Pengarahan dari guru yang bijak.
- Waktu yang Cukup: Proses belajar yang tidak tergesa-gesa.
Keenam modal tersebut saling melengkapi satu sama lain. Kecerdasan sebagai modal pertama dalam mencari ilmu, diikuti dengan ketekunan dan kesabaran untuk memperoleh ilmu sebanyak mungkin. Bermodal yang mencakup kebutuhan hidup pokok, petunjuk dari guru yang arif, serta waktu yang cukup untuk proses belajar juga menjadi faktor penting dalam menuntut ilmu.
Di balik keenam syarat tersebut, diharapkan keberkahan dan kemanfaatan ilmu serta ridha Allah selalu menyertai setiap langkah seorang pencari ilmu. Ilmu yang bermanfaat adalah yang dapat memberikan kebaikan bagi sesama, sehingga menuntut ilmu bukan hanya sekadar upaya intelektual namun juga bagian dari ibadah.
