Bulan Rajab selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam, dimana banyak di antara mereka yang mengamalkan doa tertentu yang berbunyi “Allâhumma bârik lanâ fi Rajab wa Sya’bâna wa ballighnâ Ramadhân” dengan harapan mendapatkan berkah dari Allah SWT di bulan Rajab dan Sya’ban serta diberi kesempatan untuk menyambut bulan Ramadhan dengan baik.
Doa ini tidak hanya dipraktikkan secara individu, tapi juga secara bersama-sama setiap kali selesai salat fardhu di masjid atau mushalla. Bahkan, di beberapa tempat, doa ini dijadikan sebagai latar belakang himbauan atau pengumuman untuk acara keislaman.
Namun, pertanyaan muncul apakah doa tersebut pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW atau hanya merupakan inovasi dari para ulama yang terus populer hingga saat ini. Jika doa tersebut tidak bersumber langsung dari Nabi SAW, apakah kita sebagai umat Islam diperbolehkan untuk membacanya dan mengamalkannya setiap selesai shalat?
Beberapa ahli hadits meriwayatkan doa tersebut, seperti Abdullah bin Ahmad, Imam Al-Bazzar, Ibnu Abid Dunya, Ibnus Sinni, Imam At-Thabarani, Abu Nu’aim, Imam Al-Baihaqi, dan Imam An-Nawawi. Namun, kualitas sanad hadits tersebut agak diragukan. Imam An-Nawawi bahkan menilai hadits ini sebagai dhaif (lemah).
Meskipun hadits tersebut memiliki masalah dalam sanadnya, namun karena doa tersebut hanya berisi harapan kebaikan tanpa kaitannya dengan akidah atau ibadah murni, maka doa ini masih boleh diamalkan menurut beberapa ulama. Meski begitu, penting untuk tidak meyakini bahwa doa tersebut berasal langsung dari Nabi Muhammad SAW.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa keberkahan doa di bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan tetap menjadi hal yang dialamatkan kepada Allah SWT semata. Semoga kita senantiasa diberi petunjuk dan keberkahan dalam setiap amalan yang kita lakukan.