Dalam praktik shalat berjamaah, seringkali kita mendengar imam meminta untuk meluruskan barisan dengan mengutip hadis Nabi. Namun, apa konsekuensi hukum bagi makmum yang tidak meluruskan barisan shalatnya? Dalam fiqih Madzhab Syafi’i, hal ini dibahas dengan detail.
Menurut kitab Fathul Mu’in, jika makmum dalam shalat jamaah memisahkan diri dari barisan padahal masih ada ruang yang tersisa, maka perbuatan tersebut dihukumi makruh. Hal serupa juga dinyatakan oleh Imam Jalaludin Al-Mahalli dalam Kanz Al-Raghibiin fi Syarhi Minhaji at-Talibin.
Lebih lanjut, jika antara makmum yang memisahkan diri dan jamaah shaf tersebut sama gender-nya, maka memisahkan diri dianggap disunahkan. Namun, jika berlainan gender, maka disunahkan untuk berbaris terpisah.
Jika barisan sudah penuh sehingga tidak muat untuk ikut berbaris, maka makmum disunahkan untuk menarik seseorang dari shaf penuh setelah takbiratul ihram. Tindakan ini sesuai dengan keterangan dalam kitab Al-Mahalli (Kanz Al-Raghibiin).
Dengan pemahaman ini, diharapkan umat Islam dapat menyusun shaf jamaah dengan benar sesuai ajaran fiqih Syafi’i untuk menjaga kesakralan ibadah shalat berjamaah.