Musim ibadah haji selalu menjadi momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Nusantara. Salah satu ulama terkemuka yang mendalami tentang tata cara ibadah haji adalah Kiai Sholeh Darat. Beliau lahir di Kedung Cumpleng, Jepara pada tahun 1820 Masehi atau 1235 Hijriah. Karya beliau yang terkenal, Kitab Manasik al-Haj wa al-Umrah wa Adab al-Ziyarah li Sayyid al-Mursalin, menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah haji dan umrah.
Kitab tersebut mengupas secara mendalam mengenai ibadah haji dan umrah, mulai dari kewajiban haji dan umrah sebagai rukun Islam kelima hingga penutupnya. Dalam kitab ini, terdapat 17 topik penting yang dikupas oleh Kiai Sholeh Darat, menjadikannya sebagai rujukan yang berharga bagi masyarakat Muslim, khususnya di Jawa.
Kiai Sholeh Darat juga memberikan perhatian khusus terhadap ibadah haji orang Islam, terutama di Jawa. Beliau menulis dengan bahasa Jawa agar dapat lebih dipahami oleh masyarakat setempat. Dalam kitabnya, Kiai Sholeh Darat merujuk pada kitab-kitab ulama salaf seperti Ihya’ Ulum al-Din karya Imam Ghazali untuk membahas asrarul-hajj (rahasia ibadah haji) serta kitab-kitab fiqih lainnya.
Dalam Kitab Manasik al-Haj wa al-Umrah wa Adab al-Ziyarah li Sayyid al-Mursalin, Kiai Sholeh Darat menjelaskan mengenai sejarah ibadah haji dari zaman Nabi-nabi terdahulu hingga Nabi Muhammad SAW. Beliau juga menyinggung mengenai tempat-tempat penting di Makkah yang terkait dengan sejarah ibadah haji.
Selain itu, Kiai Sholeh Darat menekankan pentingnya niat yang tulus dalam menjalankan ibadah haji. Beliau menegaskan bahwa ibadah haji harus dilakukan semata-mata karena Allah SWT. Kiai Sholeh Darat juga memaparkan rukun-rukun ibadah haji dan umrah serta hal-hal yang wajib dilakukan selama melaksanakan ibadah tersebut.
Dengan penuh keilmuan dan kecintaan terhadap ajaran Islam, Kiai Sholeh Darat menjadikan karyanya sebagai warisan berharga bagi umat Islam, terutama di Indonesia. Kitab-kitab beliau tetap menjadi panduan dalam menjalankan ibadah haji yang sesuai dengan ajaran agama.