Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya kemandirian ekonomi bagi umatnya. Dampak positif dari kemandirian ini sangat besar. Seseorang yang hidup mandiri mampu melangkah dengan ringan karena tidak terbebani oleh hutang budi kepada siapa pun.
Salah satu hadits Rasulullah SAW yang menggambarkan pentingnya menjaga harga diri dari ketergantungan kepada orang lain adalah sebagai berikut:
“Seikat kayu bakar yang diangkat di atas punggung seseorang dan dijual lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang lain, entah diberi atau tidak,” (HR Bukhari).
Kemandirian di bidang ekonomi merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh para nabi. Rasulullah SAW menyampaikan hal ini dalam sabdanya:
“Tidak ada makanan yang lebih baik dari makanan hasil jerih payah sendiri. Nabi Daud AS pun makan dari hasil jerih payahnya sendiri,” (HR Bukhari).
Sebuah catatan singkat dari Guru Besar Ulumul Hadits Fakultas Syariah Universitas Damaskus, Syekh Musthafa Diyeb Al-Bugha, menjelaskan bahwa dalam hadits tersebut, kata ‘pun’ berarti ‘di setiap waktu yang telah lalu’, dan ‘makanan hasil jerih payah sendiri’ berarti hasil usaha dan kerja keras seseorang.
Hadits-hadits ini menggarisbawahi pentingnya menerima imbalan sesuai dengan hasil kerja keras yang telah dilakukan. Rasulullah SAW tidak menginginkan umatnya menerima hadiah di luar gaji yang telah ditentukan, seperti yang terjadi dengan gratifikasi dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Bagi mereka yang terikat dalam suatu kedinasan, menerima gratifikasi selain tidak memberkati juga dapat membawa masalah hukum. Hal ini dapat membuat seseorang kehilangan harkatnya baik di dunia maupun di akhirat. Semoga kita senantiasa mampu menjaga integritas dan kemandirian dalam berbagai aspek kehidupan.