Haji wada’ merupakan peristiwa penting yang terjadi pada tahun 10 hijriah. Peristiwa ini dianggap sebagai momen perpisahan antara sahabat dengan Rasulullah SAW. Setelah itu, Rasulullah SAW dipanggil oleh Allah SWT untuk selama-lamanya. Saat khutbah terakhir di haji wada’, sebagian sahabat yang memahami isyarat tersebut tak dapat menahan tangis mereka.
Di penghujung usianya, Nabi Muhammad SAW memberikan pesan berharga kepada umatnya agar selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunah Rasul. Beliau menekankan bahwa dengan berpatokan pada dua sumber tersebut, umat Islam tidak akan sesat di dunia maupun di akhirat.
Dalam hadis riwayat Ahmad disebutkan, “Nabi SAW bersabda saat haji wada’, ‘Maukah kalian kuberitahu pengertian mukmin? (Mukmin) Yaitu orang yang memastikan dirinya memberi rasa aman untuk jiwa dan harta orang lain. Sementara muslim ialah orang yang memastikan ucapan dan tindakannya tidak menyakiti orang lain. Sedangkan mujahid adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah SWT. Sedangkan orang yang berhijrah (muhajir) ialah orang yang meninggalkan kesalahan dan dosa.”
Dari definisi yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, kita dapat memahami bahwa Islam bukanlah agama individual. Islam mengatur tidak hanya hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga menjaga hubungan antar sesama manusia.
Menjadi orang beriman berarti mampu memberikan kenyamanan dan keamanan kepada orang lain. Walaupun tindakan kita terhadap orang lain terbatas, minimal kita tidak menyakiti perasaan mereka dengan perkataan atau tindakan.
Julukan mujahid tidak hanya untuk pejuang, melainkan siapa pun yang melakukan sesuatu atas dasar ketaatan pada Allah. Begitu pula dengan muhajir, bukan hanya orang yang hijrah secara fisik, melainkan siapa pun yang berusaha meninggalkan dosa dan menuju kebaikan.
Islam mengajarkan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dari haji wada’ dan menjadi umat yang lebih baik.
