Niat memiliki peran yang sangat penting dalam setiap ibadah dalam agama Islam. Keabsahan suatu ibadah sangat bergantung pada niat yang ada di dalam hati seorang individu. Tanpa niat yang tulus dan ikhlas, ibadah yang dilakukan seperti shalat, puasa, dan lainnya tidak akan memiliki nilai di sisi Allah SWT.
Dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, beliau menyatakan bahwa setiap amalan itu bergantung pada niat. Hal ini menegaskan bahwa niat adalah salah satu rukun utama dalam kebanyakan ibadah. Mayoritas ulama meyakini bahwa niat berada di dalam hati seseorang, sedangkan ungkapan lisan hanya menjadi bukti atau penguat dari apa yang terdapat dalam hati.
Sebagai contoh, ketika seseorang hendak melakukan shalat, ia harus menyatakan niatnya secara lisan sambil mengucapkan takbiratul ihram. Meskipun ada perbedaan pendapat di antara madzhab-madzhab fiqh mengenai waktu antara niat dan takbir, namun prinsip utamanya tetap sama.
Bagi sebagian orang, menyelaraskan niat di hati sejalan dengan takbir bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, ada kemudahan bagi orang-orang yang kesulitan untuk melakukan hal ini. Mereka diperbolehkan untuk melafalkan niat secara lisan sebelum takbir tanpa harus menyelaraskannya di dalam hati.
Pendapat ini memperlihatkan bahwa agama Islam merupakan agama yang mudah dan tidak memberatkan umatnya. Terlebih lagi di era modern ini, di mana banyak orang mengalami kesulitan dalam beribadah. Prinsip kelembutan dalam beragama sangat ditekankan dalam Islam.
Dalam merumuskan hukum-hukum agama, penting untuk mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat. Terkadang standar-standar yang terlalu ketat dapat membuat ibadah menjadi lebih sulit dilakukan, sehingga kesederhanaan dalam beribadah menjadi penting untuk memudahkan umat Islam dalam menjalankan ajaran agamanya.