Sembahyang malam memiliki keutamaan yang sangat penting di sisi Allah SWT. Allah mewajibkan Nabi Muhammad SAW, hamba terkasih-Nya, untuk meluangkan waktu pada malam hari untuk bersembahyang. Bagi yang melaksanakan sembahyang malam, Allah menjanjikan kedudukan yang mulia.
Dalam kitab Al-Majalisus Saniyah fil Kalam alal ‘Arba’in Nawawiyah, Syekh Ahmad bin Syekh Hijazi Al-Fasyani mengisahkan pengalaman menarik dari sahabat Tsabit RA. Tsabit RA menceritakan bahwa ayahnya adalah seorang yang teguh dalam melaksanakan tahajud di tengah kegelapan malam. Dalam mimpi, Tsabit RA bertemu dengan seorang bidadari yang cantik dan berbeda dari wanita biasa. Tsabit bertanya, “Siapakah engkau?” Bidadari itu menjawab, “Aku adalah bidadari, hamba Allah.” Tsabit meminta untuk dinikahkan dengannya, namun bidadari tersebut menyuruhnya untuk melamar lewat sisi Tuhan serta menebus mahar dengan memperbanyak tahajud.
Meskipun sembahyang malam seharusnya dilakukan dengan niat ikhlas hanya untuk Allah SWT, namun tidak ada salahnya jika Allah memberikan anugerah kepada hamba-Nya. Sembahyang malam memiliki tempat istimewa di sisi Allah, terlepas dari ganjaran seperti bidadari atau hal lainnya.
Nabi Muhammad SAW sendiri sering melaksanakan sembahyang malam bahkan hingga kakinya terluka. Hal ini patut dijadikan teladan bagi umat Islam. Allah menyimpan anugerah rahasia bagi para pelaku sembahyang malam. Di dalam keheningan malam, pengetahuan-pengetahuan yang tersembunyi dapat terungkap. Dalam saat banyak orang tertidur, mungkin ada kebuntuan yang terpecahkan dan simpulan-simpulan yang ditemukan.
Tetaplah istiqamah dalam melaksanakan sembahyang malam, karena di situlah kunci keistimewaan di sisi-Nya.