Puasa memiliki hakikat yang dalam, yaitu al-imsak, artinya menahan diri. Dalam menunaikan puasa, seseorang diwajibkan untuk menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa dan mengurangi pahalanya. Banyak orang yang mampu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, namun sayangnya tidak mendapatkan pahala yang seharusnya.

Dalam sebuah hadits Rasulullah disebutkan, “Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus sebagai balasannya.” Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga bukan hanya fisik, tetapi juga spiritual dalam menjalankan ibadah puasa.

Dalam Syarah Bafadhal pada Hamisyi Al-Hawasyil Al-Madaniyyah, disebutkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk meninggalkan syahwat yang meskipun diperbolehkan namun dapat mengurangi nilai ibadah puasanya. Hal ini termasuk terlalu asyik mendengar, melihat, menyentuh, seperti mencium bunga, menyentuh dan memandanginya. Keterlaluan dalam hal-hal tersebut dianggap tidak sesuai dengan tujuan sebenarnya dari ibadah puasa, sehingga menjadi makruh.

Dalam konteks modern saat ini, banyak hal yang mengasyikkan dapat mengalihkan perhatian kita dari mengingat Allah, seperti terlalu sering bermain game online, menonton film, acara televisi, atau bahkan terlalu lama berkumpul dan berbincang dengan teman. Meskipun hal-hal tersebut tidak secara langsung membatalkan puasa, namun dapat mengurangi pahala kita dalam menjalankan ibadah puasa dengan semestinya.

Dalam pandangan fiqih, hal-hal yang dianggap makruh saat berpuasa hanya sebatas larangan yang tidak sampai membatalkan puasa. Namun, jika dipandang secara komprehensif, keasyikan dalam hal-hal tersebut sebenarnya dapat merusak nilai ibadah puasa karena menjauhkan kita dari esensi sebenarnya dari puasa itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa menjaga kualitas ibadah puasa kita agar tetap mendapatkan pahala yang seutuhnya.