Dunia beserta segala isinya diciptakan oleh Allah SWT untuk manusia, termasuk malam dan siang. Sebagian besar manusia memanfaatkan siang untuk mencari nafkah dan menjalani berbagai aktivitas, sedangkan malam digunakan untuk beristirahat. Malam yang gelap tanpa terik matahari diciptakan agar tidak menyilaukan mata, sehingga manusia mudah terlelap dan malam menjadi sunyi. Bumi pun beristirahat untuk melayani kebutuhan manusia. Namun, saat siang tiba, panas matahari yang penuh energi mendukung segala aktivitas manusia, dan bumi kembali ramai dengan kehidupan.
Bagi sebagian orang, malam yang sunyi menjadi waktu yang paling berharga. Kesunyian malam menciptakan suasana kondusif untuk membangun harmoni antara manusia dan Allah Yang Maha Kuasa. Di balik kesunyiannya, malam menyimpan seribu hikmah, terutama sepertiga terakhir malam. Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
“Ketika malam tinggal sepertiga, Allah SWT turun ke langit dunia dan berkata: Barang siapa yang meminta kepada-Ku akan Ku kabulkan permintaannya, siapa yang minta ampunan akan Ku ampuni, siapa yang minta rizki akan Ku beri, siapa yang minta dihindarkan dari keburukan akan Ku hindarkan hingga fajar tiba.”
Ketika dunia sunyi, Allah SWT membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin berkomunikasi dengan-Nya. Rasulullah SAW membagi malam menjadi tiga bagian: sepertiga pertama untuk istirahat (tidur), sepertiga kedua untuk shalat, dan sepertiga terakhir adalah waktu untuk berdzikir (mengingat-Nya). Dalam sebuah hadits disebutkan:
إنى أجعل اليل أثلاثا, فثلثا أنام, وثلثا أصلى, وثلثا أستذكر فيه.
Keistimewaan ibadah di malam hari dibandingkan siang sangatlah jelas, seperti halnya keutamaan shadaqah sirri (secara rahasia) yang lebih baik daripada shadaqah ‘alaniyah (secara terang-terangan). Mengenai keutamaan sepertiga malam terakhir, Rasulullah SAW juga pernah bertanya kepada Jibril: “أى الليل أسمع؟ mana malam yang didengar Allah?” Jibril menjawab: “إن العرش يهتز من السحر,” sesungguhnya ‘arsy bergetar di waktu sahur.
Begitu pentingnya shalat di sepertiga terakhir malam, sehingga Rasulullah SAW bersabda:
ركعتان يصليهما العبد فى جوف الليل خير من الدنيا وما فيها. لولا أن أشق على أمتى لفرضتها عليهم.
Dua rak’at shalat di sepertiga malam terakhir lebih baik dari dunia seisinya. Andaikan aku tidak khawatir memberatkan umatku, pastilah akan kuwajibkan shalat tersebut atas mereka.
Berbagai fadhilah sepertiga malam sangat menggiurkan bagi siapa pun yang ingin mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Namun, penting untuk diingat bahwa kondisi jasmani manusia terbatas. Semangat yang tinggi harus diimbangi dengan kesehatan tubuh agar keinginan mulia untuk bangun malam dapat terlaksana. Membagi waktu adalah kunci segalanya. Sebagai solusi, para ulama menyarankan untuk menyempatkan diri tidur di siang hari agar dapat bangun di malam hari.
Jika tidak mampu melaksanakan shalat di sepertiga malam, janganlah dipaksakan. Rasulullah SAW menghimbau agar menyelesaikan rasa ngantuk terlebih dahulu dan tidur kembali sebelum melaksanakan shalat malam. Dalam hadits disebutkan:
عن عائشة رضي الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إذا نعس أحدكم وهو فى الصلاة فليرقد حتى يذهب عنه النوم, فانه إذا صلى وهوينعس لعله يذهب ليستغفر فيسب نفسه.
“Jika engkau mengantuk dalam keadaan shalat, maka berbaringlah hingga hilang rasa kantukmu. Karena jika engkau shalat dalam keadaan mengantuk, bisa jadi kamu bermaksud minta ampunan tetapi malah mencelakakan dirimu sendiri.”
Rasulullah SAW juga memberikan nasihat kepada Zainab ketika melihat tali yang dipergunakan untuk mengikatnya saat shalat. Beliau mengatakan untuk shalat ketika semangat, dan duduklah saat merasa malas.
Tidak ada paksaan dalam ibadah; bahkan semangat yang menggebu-gebu pun perlu ditinjau ulang dengan mempertimbangkan kondisi tubuh. Ini adalah penjelasan dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam al-Ghunyah li Thalibiy Thariqil Haqqi ‘Azza wa Jalla (red. Ulil H).