Dalam keyakinan Islam, kehidupan setelah mati membawa pengalaman yang sangat berbeda bagi setiap individu. Mereka yang telah meninggal dunia merasakan kenikmatan dan kesengsaraan di alam kubur, tergantung pada amal perbuatan selama hidup. Ini dikenal sebagai nikmat kubur dan siksa kubur. Keyakinan ini ditegaskan oleh Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan dalam karyanya, yang menyatakan bahwa setiap orang yang meninggal akan diperintahkan untuk menjawab pertanyaan dari dua malaikat tentang Tuhan, Rasul, dan agama mereka.
Bagi mereka yang mampu menjawab dengan benar, kubur mereka akan diperluas, dan sebuah lorong menuju surga akan terbuka. Dari lorong tersebut, aroma dan berbagai kenikmatan akan memenuhi kubur hingga datangnya hari kebangkitan. Sebaliknya, bagi penghuni kubur yang tidak mampu menjawab, mereka akan disiksa dengan berbagai siksaan. Lorong yang menghubungkan dengan neraka akan terbuka, membawa panas dan radiasi api neraka ke dalam kubur mereka hingga hari Kiamat.
Pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana semua ini dapat dibenarkan, padahal indra manusia sudah mati total. Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan menjelaskan bahwa pengalaman yang dialami penghuni kubur tidak dapat dirasakan atau dilihat oleh orang-orang yang masih hidup. Meskipun tidak bisa dijangkau oleh akal manusia, keyakinan ini harus diterima. Ia mengilustrasikan dengan pengalaman tidur, di mana seorang yang tertidur dapat merasakan berbagai aktivitas—seperti makan, minum, atau bepergian—yang tidak dirasakan oleh orang yang terjaga.
Begitu pula dengan orang yang telah meninggal; mereka dapat merasakan nikmat atau siksa kubur tanpa bisa dilihat oleh orang hidup. Jika kubur dibongkar, tidak akan ada yang terlihat dari pengalaman tersebut karena alam barzakh adalah bagian dari alam ghaib. Hanya Allah yang dapat membuka hijab bagi sebagian hamba-Nya yang memiliki kepekaan batin untuk menyaksikan keadaan orang yang telah meninggal di alam kubur.