Perempuan memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar, terutama saat ada seorang lelaki yang melamarnya. Indra mereka berfungsi secara normal, dan dari situ, perempuan akan merespons berbagai gejala yang berhubungan dengan lamaran tersebut. Tanggapan serta sikap perempuan perlu dinilai secara wajar. Mereka tidak mempertimbangkan bibit, bebet, dan bobot seperti yang dianut masyarakat feodal; sebaliknya, perempuan lebih memperhatikan aspek agama dan perilaku pelamar. Hal ini penting agar tidak ada penyesalan di dunia maupun di akhirat.
Islam memberikan panduan mengenai sikap perempuan saat dilamar. Dalam kitab Adab fid Din, Imam Ghazali menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, perempuan disarankan untuk meminta bantuan salah satu anggota keluarga yang dapat dipercaya untuk menanyakan mazhab, agama, aqidah, nama baik, serta ketepatan janji pelamar. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan kerabat dan orang-orang yang sering berkunjung ke rumah pelamar.
Kedua, perempuan harus memperhatikan konsistensi pelamar dalam melaksanakan ibadah, khususnya shalat lima waktu dan shalat berjamaah. Ketiga, aspek usaha dan sumber penghasilan pelamar juga menjadi perhatian penting. Imam Ghazali menekankan bahwa perhatian utama harus diberikan kepada aspek agama ketimbang harta, serta perjalanan hidup pelamar dibandingkan dengan penilaian orang lain.
Qana’ah atau rasa puas dengan apa yang ada juga sangat penting untuk menciptakan kemesraan dan kehangatan cinta antara keduanya. Rasa puas ini juga dapat membantu mengurangi ketakutan lelaki yang ingin melamar perempuan. Dengan demikian, sikap perempuan saat dilamar tidak hanya mencerminkan pemahaman mereka terhadap agama, tetapi juga menunjukkan nilai-nilai yang harus dipegang dalam sebuah hubungan. Wallahu A’lam.