- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Pentingnya Musyawarah dalam Kehidupan Sosial

Google Search Widget

Tugas pengrajin meja dan kursi mencakup memotong, membelah kayu, dan membentuk produknya. Mereka juga harus memaku agar bentuk yang sudah jadi tetap rapi dan tidak berantakan seperti tumpukan kayu bakar di sudut dapur. Ini jelas merupakan tanggung jawab mereka, dan tidak seharusnya dilakukan oleh orang lain. Jika hal itu terjadi, meja dan kursi akan kehilangan bentuknya dan bisa menjadi bahan ejekan. Kegiatan memaku dan memotong kayu bukanlah hal sepele. Menggergaji pun memerlukan keterampilan tersendiri. Pepatah mengatakan, “Serahkan kepada ahlinya.” Hal ini menegaskan bahwa keahlian tidak selalu berhubungan dengan gelar jabatan di kantor, kampus, atau pasar, melainkan terkait dengan ketelatenan.

Setelah menyelesaikan tugas mereka, pengrajin tidak lagi terlibat dalam penggunaan meja dan kursi yang mereka buat. Mereka tidak mengetahui bahwa suatu saat meja dan kursi tersebut akan digunakan untuk belajar, makan, atau menunjang komputer. Mereka juga tidak bisa memprediksi bahwa kursi bisa saja dilempar atau meja dibanting oleh seseorang yang sedang marah.

Meskipun tidak wajib, meja dan kursi dapat digunakan untuk musyawarah dalam menentukan berbagai persoalan. Keduanya sangat penting, sama pentingnya dengan musyawarah itu sendiri. Musyawarah diperlukan untuk mendiskusikan masalah apapun dan mencari solusi yang terbaik. Tanpa musyawarah, seseorang cenderung bertindak sembarangan dan bisa berpotensi menimbulkan konflik dalam masyarakat.

Mengingat pentingnya musyawarah, banyak ajaran agama yang mendorong praktik ini. Dalam kitab Al-Azkar, Imam Nawawi menekankan betapa pentingnya bermusyawarah. Allah berfirman, “Hendaknya kamu (Muhammad) bermusyawarah dengan mereka dalam suatu urusan.” Banyak hadis sahih yang menjelaskan tentang musyawarah ini. Satu ayat yang mulia ini sudah cukup untuk menunjukkan betapa pentingnya musyawarah. Jika Nabi Muhammad sebagai makhluk paling mulia diperintah untuk bermusyawarah, apalagi kita yang bukan Nabi?

Musyawarah merupakan tiang pergaulan antar manusia, mulai dari yang paling luas hingga yang terkecil antara suami-istri dan orang tua-anak. Tanpa dialog terbuka untuk menetapkan masalah dan mencapai kesepakatan, interaksi sosial akan menjadi rumit. Jika tidak saling memahami, akan timbul cekcok terus-menerus atau salah paham yang tidak terjelaskan. Musyawarah adalah langkah pertama dalam kehidupan bersama, sedangkan konsistensi terhadap hasil musyawarah adalah langkah selanjutnya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?