Suami tidak boleh sekali-kali menggunakan kekerasan terhadap istri, begitu pula sebaliknya. Menggunakan kekerasan, baik dengan tangan maupun benda lain, dapat membahayakan tidak hanya diri mereka sendiri tetapi juga orang lain di sekitar. Alasan untuk melakukan kekerasan bisa bervariasi, namun seharusnya tidak ada alasan yang dapat dibenarkan untuk melakukannya. Tindakan ini bisa menjadi contoh buruk bagi anak-anak, yang dapat memengaruhi nilai-nilai kemanusiaan mereka. Rasa iba yang muncul akan membuat harga diri orang tua jatuh di mata anak-anak mereka.
Seharusnya, suami dan istri saling memperlakukan satu sama lain dengan baik. Keduanya harus bersikap lembut dan saling menghormati. Jika bisa berkomunikasi dengan baik dan menyenangkan, mengapa harus memilih untuk berteriak atau marah? Sikap dan perilaku sehari-hari dalam rumah tangga sangat berhubungan dengan keimanan seseorang. Jangan sampai tindakan emosional seperti membanting pintu merusak kualitas iman yang dimiliki.
Rasulullah SAW mengajarkan agar suami dan istri saling menghibur dan membahagiakan satu sama lain. Humor dan tawa sangat penting dalam komunikasi untuk menciptakan suasana rumah yang hangat. Sebuah rumah yang sepi tanpa tawa bisa dianggap seperti rumah kosong atau bahkan museum yang dingin.
Dalam kitab al-Azkar, Imam Nawawi menyebutkan hadis yang menegaskan pentingnya akhlak baik dalam berkeluarga. Siti A’isyah RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW bahwa orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan paling lembut kepada keluarganya. Dengan demikian, penting bagi setiap pasangan untuk menjaga hubungan mereka agar tetap harmonis dan penuh kasih sayang.