Shalat adalah ibadah yang memiliki makna mendalam bagi setiap Muslim. Namun, terdapat beberapa hal yang sering diabaikan oleh banyak orang saat melaksanakan shalat, meskipun hal-hal tersebut tidak termasuk dalam rukun dan syarat shalat. Memperhatikan aspek-aspek ini dapat meningkatkan nilai shalat, menjadikannya lebih dari sekadar kewajiban syariah.
Pertama, semangat dalam melaksanakan shalat saat waktu tiba sangat penting. Allah SWT tidak menyukai hamba-Nya yang bermalas-malasan, terutama saat menjalankan shalat. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa ketika mereka berdiri untuk shalat, mereka melakukannya dengan malas. Sebagai Tuhan yang Maha Kuasa, Allah berhak memanggil hamba-Nya untuk shalat lima kali sehari. Oleh karena itu, sangat wajar jika Allah tidak menyukai hamba yang acuh tak acuh terhadap panggilan-Nya, dan sebaliknya, Dia akan menghargai mereka yang segera merespons.
Kedua, saat shalat, sebaiknya seseorang mengosongkan hati dari berbagai kesibukan duniawi (faraghi qalbin). Shalat adalah momen perjumpaan antara hamba dan Allah SWT. Maka, seorang hamba perlu membawa hati dan kesadarannya untuk menghadap Sang Pencipta dan sejenak meninggalkan urusan dunia.
Ketiga, khusyu’ merupakan aspek penting dalam shalat yang terletak di dalam hati. Khusyu’ dapat diartikan sebagai menyingkirkan segala hal yang tidak berkaitan dengan shalat dan menghadirkan seluruh rasa serta jiwa dalam kehadiran Allah. Meskipun tidak termasuk syarat sah shalat, khusyu’ sangat dianjurkan, bahkan sejak takbiratul ihram. Berpikir tentang urusan dunia atau hal-hal keakhiratan selama shalat dapat mengganggu kekhusyu’an.
Keempat, merenungkan makna (tadabburi qira’tin wa dzikrin) bacaan shalat secara umum adalah cermin dari kekhusyu’an tersebut. Seorang Muslim sebaiknya memahami inti dari bacaan yang dibaca dalam shalat. Dalam dzikir, misalnya, penting untuk menyadari bahwa bacaan tasbih dan tahmid bertujuan untuk mengagungkan Allah. Menurut as-Syinwani, memahami makna dzikir dapat menarik pahala, meskipun bacaan Al-Qur’an dan shalawat tetap mendapatkan pahala meskipun tidak dipahami artinya.
Kelima, arahkan pandangan ke tempat sujud (wa idamatu nadhari mahalli sujudihi), meskipun shalat di depan Ka’bah atau dalam keadaan gelap. Hal ini akan membantu meningkatkan kekhusyu’an. Dalam shalat jenazah pun, pandangan sebaiknya diarahkan pada tempat sujud dan bukan kepada mayyit.
Keenam, berdzikir dan berdo’a setelah shalat secara lirih (zdikrun wa du’aun sirran ‘aqibaha) sangat dianjurkan. Jika dilakukan secara lantang untuk mengajari orang lain, itu juga diperbolehkan, baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri.
Keenam hal ini sering kali diabaikan dalam pelaksanaan shalat, padahal semuanya merupakan sunnah yang penting untuk diperhatikan. Dengan memahami dan menerapkan aspek-aspek ini, kita dapat meningkatkan kualitas shalat kita dan menjadikannya lebih bermakna.