Istisqa’ adalah permohonan kepada Allah SWT untuk turunnya hujan, terutama ketika kebutuhan akan air sangat mendesak. Shalat Istisqa merupakan ibadah yang dilakukan untuk memohon hujan dari Yang Maha Kuasa. Hukum shalat ini adalah sunnah muakkadah, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW:
“Rasulullah SAW keluar meminta hujan, beliau memunggungi jamaah dan menghadap kiblat, mengubah posisi selendangnya.” (HR. Muslim)
Sebelum melaksanakan shalat Istisqa, diharapkan semua jamaah memperbanyak istighfar, memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa yang telah dilakukan. Dosa-dosa inilah yang dapat menjauhkan umat dari rahmat-Nya, seperti dijelaskan dalam Al-Isra ayat 16:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
Oleh karena itu, sebaiknya jamaah juga memperbanyak amal saleh, sedekah, dan saling memaafkan. Semua ini disunnahkan untuk dilakukan selama tiga hari berturut-turut menjelang shalat Istisqa dalam keadaan berpuasa. Pada hari keempatnya, di pagi hari setelah matahari terbit, dilaksanakanlah shalat Istisqa masih dalam keadaan berpuasa. Doa dalam keadaan berpuasa memiliki nilai lebih. Aisyah pernah berkata, “Rasulullah SAW melaksanakan shalat Istisqa ketika sinar matahari telah terlihat.” (HR. Abu Daud dan Al Hakim mensahihkannya).
Shalat Istisqa harus dilaksanakan dengan penuh khidmat dan keprihatinan, merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Jamaah tidak boleh banyak bicara baik saat perjalanan, duduk, maupun menunggu. Semua harus dilakukan dengan sangat khusyuk dan hening, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Adapun niat shalat ini adalah:
“Ushalli sunnatal istisqa’ rak’atain ma’amumaan lillahi ta’ala.”
Shalat ini dilakukan dua rakaat di tanah lapang. Pada rakaat pertama, bertakbir sebanyak tujuh kali, dan lima kali pada rakaat kedua, serupa dengan pelaksanaan shalat hari raya. Imam dianjurkan membaca surat Al ‘Ala pada rakaat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua. Setelah shalat, imam memberikan dua khutbah. Khutbah pertama diawali dengan bacaan istighfar sembilan kali dan khutbah kedua dengan bacaan istighfar tujuh kali.
Usai khutbah, imam membaca doa yang diaminkan oleh jamaah. Selanjutnya, imam menghadap kiblat dan memindahkan kain sebelah kanannya ke sebelah kiri dan kain sebelah kirinya ke sebelah kanan, diikuti oleh semua jamaah. Ini sebagai simbol perubahan dari keprihatinan menjadi kebahagiaan, dari kekeringan menjadi kesegaran, dan dari kesempitan menuju kelapangan. Doa dilakukan dengan khusyuk hingga akhir. Perlu diketahui bahwa dalam shalat Istisqa tidak ada adzan dan iqamat.