- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Menggali Keutamaan Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan

Google Search Widget

Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah teladan kita dalam melaksanakan ibadah. Beliau menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah pada bulan Ramadhan, termasuk sedekah, membaca Al-Quran, dan i’tikaf. Salah satu keutamaan bulan Ramadhan adalah pelipatgandaan pahala dan kemudahan dalam beramal kebaikan. Anjuran untuk meningkatkan ibadah ini lebih ditekankan saat memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, di mana Rasulullah mendorong umatnya untuk berharap mendapatkan Lailatul Qadar. Bulan Ramadhan terbagi menjadi tiga bagian: sepuluh hari pertama adalah rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan, dan sepuluh hari terakhir adalah kebebasan dari neraka.

Meskipun tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan Lailatul Qadar terjadi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya bahwa kita harus mencarinya pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radliyallahu ‘anha, disebutkan bahwa ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasulullah mengencangkan kainnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya. Ini menunjukkan kesungguhan beliau dalam beribadah selama periode tersebut.

Lebih lanjut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersungguh-sungguh di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan di bulan lainnya. Selama sepuluh hari terakhir, beliau selalu melakukan i’tikaf hingga wafatnya. Ditekankan pula bahwa pencarian Lailatul Qadar lebih khusus pada malam-malam ganjil dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Beberapa sahabat Nabi juga bermimpi bahwa Lailatul Qadar datang pada tujuh hari terakhir Ramadhan. Rasulullah menegaskan bahwa siapa yang mencarinya harus melakukannya pada tujuh hari terakhir. Dalam riwayat lain, dijelaskan bahwa jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, jangan sampai melewatkan tujuh hari terakhir.

Lebih khusus lagi, ada pendapat bahwa Lailatul Qadar adalah malam ke-27. Sahabat Ubay bin Ka’b radliyallahu ‘anhu menjelaskan bahwa ia mengetahui malam tersebut karena Rasulullah memerintahkan mereka untuk melaksanakan shalat padanya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Lailatul Qadar terdapat pada sepuluh akhir Ramadhan, terutama pada malam ganjil.

Beberapa ulama berusaha mencari pertanda untuk menemukan Lailatul Qadar. Imam Syafii menyatakan bahwa malam ini ada pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, terutama malam ganjil. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui Lailatul Qadar juga dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali dan Imam Abul Hasan as-Syadzili. Menurut mereka, cara untuk mengetahui malam ini bisa dilihat dari hari pertama bulan Ramadhan.

Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29. Jika awalnya jatuh pada hari Senin, maka akan jatuh pada malam ke-21. Awal bulan pada hari Selasa atau Jumat menunjukkan malam ke-27, sementara Kamis menunjukkan malam ke-25 dan Sabtu pada malam ke-23.

Kaidah ini sesuai dengan keterangan dari berbagai kitab fiqih madzhab Syafi’i. Misalnya, jika awal puasa jatuh pada Jumat, maka Lailatul Qadar ada pada malam ke-29; jika jatuh pada Sabtu, maka pada malam ke-21; atau jika jatuh pada Senin, maka pada malam ke-29.

Pencarian Lailatul Qadar sebaiknya dilakukan dengan semangat dan istiqamah selama sepuluh hari terakhir Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjilnya. Meskipun ada kaidah yang bisa dijadikan petunjuk, yang paling penting adalah kesungguhan kita dalam beribadah setiap malam di bulan yang penuh berkah ini. Wallahu ‘alam, hanya Allah yang tahu tentang hakikat keberadaan Lailatul Qadar.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

June 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?