- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Suntik dan Infus: Memahami Perbedaan dan Implikasinya Terhadap Puasa

Google Search Widget

Suntik dan infus adalah dua metode yang sama-sama memasukkan cairan ke dalam tubuh menggunakan jarum. Namun, perbedaannya terletak pada jenis cairan yang digunakan. Suntik umumnya berisi obat-obatan, sedangkan infus biasanya mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Orang yang sakit seringkali kehilangan nafsu makan atau tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan dengan cara biasa karena alasan kesehatan. Dalam situasi ini, infus menjadi solusi yang sangat membantu.

Karena perbedaan kandungan zat, suntik dan infus memiliki efek yang berbeda. Setelah diinfus, tubuh cenderung merasa lebih segar dan tidak merasakan lapar, meskipun tidak kenyang. Sebaliknya, suntik digunakan murni sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit dan bukan untuk menggantikan makanan dan minuman.

Meskipun suntik dan infus memiliki fungsi yang berbeda, keduanya saling melengkapi. Penyakit sulit disembuhkan jika tubuh kekurangan vitamin dan zat penting lainnya. Di sisi lain, terpenuhinya kebutuhan gizi tidak serta merta menghilangkan penyakit tanpa dukungan obat-obatan.

Definisi puasa yang paling praktis adalah meninggalkan makan, minum, dan berhubungan seksual. Namun, pengertian makan dan minum dalam konteks puasa lebih luas dari sekadar memasukkan makanan dan minuman melalui mulut. Ini mencakup masuknya benda ke dalam rongga tubuh melalui organ yang terbuka, seperti mulut, telinga, dubur, kemaluan, dan hidung.

Dari ketentuan ini, dapat disimpulkan bahwa suntik tidak membatalkan puasa. Proses masuknya obat tidak melalui organ terbuka tetapi menggunakan jarum khusus yang ditancapkan ke dalam tubuh. Selain itu, suntik tidak sepenuhnya menghilangkan rasa lapar dan haus.

Sementara itu, mengenai infus, Dr. Yusuf Qardhawi dalam fatwa mu’ashirah menyatakan bahwa infus merupakan penemuan baru yang tidak memiliki keterangan hukum dari hadis, sahabat, tabi’in, atau para ulama terdahulu. Oleh karena itu, para ulama kontemporer memiliki pandangan yang berbeda terkait apakah infus membatalkan puasa atau tidak. Dr. Yusuf Qardhawi cenderung berpihak pada pendapat yang tidak membatalkan puasa, tetapi menyarankan untuk menghindari penggunaan infus saat berpuasa. Meskipun infus tidak mengenyangkan, ia cukup memberikan rasa segar pada tubuh.

Infus dapat dianalisis dari dua sisi: proses masuknya cairan dan efek yang ditimbulkan. Dari sudut pandang pertama, infus tidak membatalkan puasa seperti suntik, karena cairan tidak masuk melalui organ terbuka. Namun, jika kita mempertimbangkan fakta bahwa infus dapat menyegarkan tubuh dan mengurangi rasa lapar serta haus, muncul pertanyaan apakah menyatakan bahwa infus tidak membatalkan puasa bertentangan dengan tujuan puasa itu sendiri. Tujuan puasa adalah merasakan lapar dan haus sebagai latihan mengendalikan nafsu serta menumbuhkan empati kepada mereka yang kurang beruntung.

Untuk menghadapi masalah hukum yang masih diperdebatkan ini, cara paling aman adalah dengan meninggalkannya, sesuai ajaran Rasulullah terkait perkara yang tidak jelas hukumnya (syubhat). Ini mencerminkan sikap berhati-hati dalam beragama. Namun, perlu diingat bahwa orang sakit mendapatkan dispensasi untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?