- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Lailatul Qadar: Malam Penuh Keberkahan

Google Search Widget

Istilah Lailatul Qadar sering kita dengar dan selalu teringat dalam benak kita. Namun, hakikat Lailatul Qadar tetap menjadi misteri karena sifatnya yang ghaib. Pengetahuan kita terbatas pada apa yang tercantum dalam nash, baik Al-Qur’an maupun As-Sunnah beserta interpretasinya.

Secara etimologis, “lailah” berarti malam, sedangkan “al-qadar” berarti takdir atau kekuasaan. Dalam konteks ini, kita merujuk pada ayat berikut: إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ.

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar)” (QS Al-Qadar (97):1).

Dari pernyataan tersebut, kita dapat memahami bahwa Lailatul Qadar adalah malam ketika Al-Qur’an diturunkan secara keseluruhan. Dengan demikian, Lailatul Qadar hanya terjadi satu kali dan tidak ada di waktu lain. Namun, keagungan dan keutamaannya diabadikan oleh Allah SWT untuk tahun-tahun berikutnya. Lailatul Qadar saat ini lebih merupakan hari peringatan dengan berbagai keistimewaan yang luar biasa.

Selain itu, Lailatul Qadar juga merujuk pada malam tertentu dalam setiap bulan Ramadhan, bertepatan dengan peristiwa turunnya Al-Qur’an secara keseluruhan.

Kedua pengertian ini dapat diterima oleh banyak pihak tanpa mengabaikan keutamaan Lailatul Qadar. Namun, hakikatnya hanya Allah SWT yang mengetahui. Dalam sebuah ayat, Lailatul Qadar dinyatakan sebagai Lailah Mubarakah (malam yang diberkahi): إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ.

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi.” (Q.S Ad Dukhaan (44):3).

Para mufassir menjelaskan bahwa Lailatul Qadar adalah saat turunnya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah sebelum diwahyukan kepada Rasulullah SAW secara bertahap. Oleh karena itu, Lailatul Qadar tidak dapat disamakan dengan Nuzulul Qur’an atau turunnya ayat pertama kepada Nabi Muhammad SAW.

Keistimewaan Lailatul Qadar sebagai rahmat dan nikmat Allah SWT bagi umat Muhammad membuat setiap Muslim berkeinginan untuk meraihnya. Tidak mengherankan jika banyak orang bertanya tentang malam jatuhnya Lailatul Qadar, yang sering menimbulkan perbedaan pendapat.

Kapan sebenarnya Lailatul Qadar terjadi?

Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27 bulan Ramadhan. Hal ini merujuk pada sabda Rasulullah SAW: مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا، فَلْيَتَحَرِّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ.

“Siapa pun yang mengintainya, maka hendaklah mengintainya pada malam ke dua puluh tujuh.” (HR. Ahmad dari Ibnu ‘Umar).

Namun, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa perintah Rasulullah SAW untuk mencarinya pada malam ke-27 bukanlah jaminan bahwa malam itu pasti adalah Lailatul Qadar. Sebaliknya, itu hanya petunjuk bahwa kemungkinan besar malam tersebut adalah Lailatul Qadar. Hal ini didukung oleh hadits lain di mana Rasulullah SAW menyatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, khususnya pada malam ganjil: أعْلَمُكم عن لَيْلَةِ الْقَدْرِ، قال: هي في رمضان في العشر الأواخر، في إحدى و عشرين أو ثلاث و عشرين أو خمس و عشرين أو سبع و عشرين أو تسع و عشرين أو في آخِرِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ.

“Rasulullah SAW telah memberitakan kepadaku tentang Lailatul Qadar. Beliau bersabda: ‘Lailatul Qadar terjadi pada Ramadhan; dalam sepuluh hari terakhir. Malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dua puluh sembilan atau malam terakhir.’”

Malam terakhir di sini merujuk pada bulan Ramadhan yang hanya memiliki 29 hari. Dengan demikian, malam ke-29 adalah malam terakhir.

Oleh karena itu, pendapat kedua ini lebih kuat dibandingkan pendapat pertama. Kesimpulannya, waktu jatuhnya Lailatul Qadar tidak dapat ditentukan dengan pasti karena merupakan rahasia Allah SWT.

Lailatul Qadar yang agung tetap menjadi misteri. Namun, Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk bahwa jatuhnya Lailatul Qadar berada di antara malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Tidak menutup kemungkinan bahwa setiap tahun akan berbeda-beda seperti yang tercermin dalam berbagai hadits yang berbeda penjelasannya.

Kemungkinan perubahan ini menunjukkan bahwa Lailatul Qadar adalah sebutan untuk suatu malam dalam setiap bulan Ramadhan yang pernah bertepatan dengan peristiwa turunnya Al-Qur’an secara keseluruhan. Jika dipahami sebagai hari peringatan, maka waktu jatuhnya tidak akan berubah hingga kiamat.

Penting untuk kita sadari bahwa ketidakpastian mengenai malam tertentu tentang jatuhnya Lailatul Qadar justru mengandung hikmah. Hal ini mendorong kaum Muslimin untuk beribadah tidak hanya pada satu malam saja, melainkan sepanjang sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

April 17

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?