- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Merayakan Maulid Nabi SAW

Google Search Widget

Merayakan Maulid Nabi SAW sering kali menjadi perdebatan di kalangan umat Islam. Beberapa orang berpendapat bahwa perayaan ini merupakan bid’ah yang sesat, mengacu pada sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. رواه أبو داود والترمذي

Artinya, “Hindarilah amalan yang tidak ku contohkan (bid’ah), karena setiap bid’ah menyesatkan.” (HR Abu Daud dan Tarmizi).

Namun, penting untuk memahami bahwa kata ‘kullu’ dalam hadits tersebut tidak menunjukkan semua bid’ah sebagai sesat. Menurut Imam Syafi’i, terdapat bid’ah hasanah yang tergolong baik dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah, atau ijma’ ulama:

المُحْدَثَاتُ ضَرْباَنِ مَاأُحْدِثَ يُخَالِفُ كِتاَباً أَوْسُنَّةً أَوْأَثَرًا أَوْإِجْمَاعًا فَهَذِهِ بِدْعَةُ الضَّلاَلِ وَمَاأُحْدِثَ مِنَ الخَيْرِ لاَيُخَالِفُ شَيْئاً مِنْ ذَالِكَ فَهِيَ مُحْدَثَةٌ غَيْرَ مَذْمُوْمَةٍ

Dalam konteks ini, perayaan Maulid Nabi SAW dapat dilihat sebagai salah satu tradisi positif di kalangan umat Islam. Fenomena perayaan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga meluas di berbagai belahan dunia Islam. Banyak orang mungkin tidak mengetahui asal-usul tradisi ini, tetapi mereka yang memahami hukum agama berargumen bahwa perayaan ini bukanlah bid’ah sesat, karena tidak terkait dengan ibadah mahdhah.

Bentuk acara Maulid bisa bervariasi dan tidak terikat pada aturan baku. Semangat utama dari perayaan ini adalah untuk menyatukan umat Islam dan merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Perlu dicatat bahwa ibadah bersifat baku, sedangkan syi’ar adalah kreasi umat yang bersifat situasional dan mubah.

Imam as-Suyuthi merespons mengenai hukum perayaan Maulid Nabi SAW dengan menjelaskan bahwa:

وَالجَوَابُ عِنْدِيْ أَنَّ أَصْلَ عَمَلِ المَوْلِدِ الَّذِيْ هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَأَةُ مَاتَيَسَّّرَ مِنَ القُرْآنِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَأِ أَمْرِالنَّبِيّ صَلَّّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّّمَ مَاوَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الاَياَتِ ثُمَّ يَمُدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَهُ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذَالِكَ مِنَ البِدَعِ الحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيْ صَلََّى اللهُُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِظْهَارِالفَرَحِ وَالِاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ

Perayaan ini melibatkan berkumpulnya orang-orang untuk membaca Al-Qur’an, mendengarkan kisah-kisah teladan Nabi, dan menikmati hidangan bersama. Semua ini tergolong dalam bid’ah hasanah, di mana pelakunya akan mendapatkan pahala karena mengagungkan Nabi Muhammad SAW serta merayakan kelahirannya.

Pendapat Ibnu Hajar al-Haithami menegaskan bahwa bid’ah yang baik seyogianya dilakukan, termasuk memperingati hari Maulid Rasulullah SAW. Abu Shamah juga menyatakan bahwa tindakan baik yang dilakukan setiap tahun pada hari kelahiran Rasulullah, seperti memberikan sedekah dan menunjukkan rasa bahagia, adalah tanda kecintaan kepada beliau serta bentuk syukur atas diutusnya Rasulullah SAW.

Untuk menjaga agar perayaan Maulid Nabi SAW sesuai dengan aturan agama yang benar, sebaiknya mengikuti etika berikut:

  1. Mengisi acara dengan bacaan shalawat kepada Rasulullah SAW.
  2. Berdzikir dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
  3. Membaca sejarah Rasulullah SAW dan menceritakan kebaikan-kebaikan beliau.
  4. Memberi sedekah kepada yang membutuhkan atau fakir miskin.
  5. Meningkatkan silaturrahim.
  6. Menunjukkan rasa gembira dan bahagia dengan merasakan kehadiran Rasulullah SAW di tengah-tengah kita.
  7. Mengadakan pengajian atau majlis ta’lim yang berisi anjuran untuk kebaikan dan meneladani Rasulullah SAW.

Dengan cara ini, perayaan Maulid Nabi SAW dapat berlangsung dengan semangat yang positif dan memperkuat cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

April 17

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?