Wasilah, yang berarti perantara, adalah sesuatu yang membawa kita lebih dekat kepada Allah SWT. Tawassul, di sisi lain, berarti mendekatkan diri kepada Allah atau berdoa kepada-Nya dengan menggunakan wasilah. Konsep ini dijelaskan dalam surat Al-Maidah ayat 35, di mana Allah berfirman:
يَااَيُّهَااَّلذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوااللهَ وَابْتَغُوْا إِلَيْهِ اْلوَسِيْلَةَ
“Wahai orang-orang yang beriman, takutlah kamu kepada Allah, dan carilah jalan (wasilah/perantara).”
Ada berbagai macam wasilah yang bisa digunakan. Orang-orang yang dekat dengan Allah dapat menjadi wasilah untuk membantu manusia mendekatkan diri kepada-Nya. Ibadah dan amal kebajikan juga berfungsi sebagai wasilah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, amar ma’ruf dan nahi mungkar atau mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran juga termasuk dalam kategori wasilah.
Terkait tawassul dengan sesama manusia, tidak ada larangan dalam Al-Qur’an dan Hadits mengenai tawassul kepada orang-orang yang dekat dengan Allah, seperti para Nabi, Rasul, sahabat-sahabat Rasulullah SAW, tabi’in, shuhada, dan ulama shalihin. Oleh karena itu, berdoa dengan menggunakan wasilah dari orang-orang yang dekat dengan Allah tersebut tidaklah salah dan telah disepakati sebagai tindakan yang diperbolehkan.
Bertawassul kepada mereka tetaplah memohon kepada Allah SWT, karena Allah adalah sumber segala permohonan. Kita harus yakin bahwa:
لاَمَانَعَ لمِاَ اَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِى لمِاَ مَنَعْتَ
“Tidak ada yang bisa mencegah terhadap apa yang Engkau (Allah) berikan, dan tidak ada yang bisa memberi sesuatu apabila Engkau (Allah) mencegahnya.”
Secara psikologis, tawassul sangat membantu manusia dalam berdoa. Dengan bertawassul, kita seolah meminta orang-orang yang dekat dengan Allah SWT agar turut memohon kepada-Nya atas apa yang kita inginkan.
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada unsur syirik dalam bertawassul. Ketika kita bertawassul dengan orang-orang yang dekat dengan Allah seperti para Nabi, Rasul, dan shalihin, sebenarnya kita tidak bertawassul dengan diri mereka, melainkan dengan amal perbuatan mereka yang saleh. Oleh karena itu, tidak mungkin kita bertawassul dengan orang-orang yang ahli maksiat, pendosa yang menjauhkan diri dari Allah, maupun dengan benda-benda mati seperti pohon, batu, atau gunung.