Sifat Allah terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu sifat yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi-Nya. Sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah terdiri dari 20 sifat yang saling berlawanan. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai sifat-sifat tersebut:
- Ada (wujud) lawannya tidak ada (’adam)
- Dahulu (qidam) lawannya baru (huduts)
- Kekal (baqa’) lawannya berubah-ubah (fana’)
- Tidak menyerupai sesuatu (mukhalafatu lil hawaditsi) lawannya menyerupai sesuatu (almumatsalatu lil hawaditsi)
- Berdiri sendiri (qiyamuhu binafsihi) lawannya berhajat kepada yang lain (al-ihtiyaju lighairihi)
- Esa (wahdaniyat) lawannya berbilang (wujudusy syarik)
- Kuasa (qudrat) lawannya tidak kuasa (’ajz)
- Berkehendak (iradah) lawannya terpaksa (karahah)
- Mengetahui (’ilm) lawannya bodoh (jahl)
- Hidup (hayat) lawannya mati (maut)
- Mendengar (sama’) lawannya tuli (shamam)
- Melihat (bashar) lawannya buta (’umyu)
- Berbicara (kalam) lawannya bisu (bukm)
- Yang Berkuasa (qadiran) lawannya yang tidak berkuasa (’ajizan)
- Yang Berkemauan (muridan) lawannya yang terpaksa (mukrahan)
- Yang berpengetahuan (’aliman) lawannya yang bodoh (jahilan)
- Yang Hidup (hayyan) lawannya yang mati (mayyitan)
- Yang Mendengar (sami’an) lawannya yang tuli (ashamm)
- Yang Melihat (basyiran) lawannya yang buta (a’ma)
- Yang Berbicara (mutakalliman) lawannya yang bisu (abkam)
Sifat jaiz bagi Allah SWT menunjukkan bahwa Allah berhak untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya, seperti tercantum dalam Al-Qur’an:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَايَشَاءُ وَيَخْتَارُ
“Dan Tuhanmu menjadikan dan memilih barang siapa apa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Qashash: 68)
Allah menciptakan alam ini bukanlah suatu keharusan. Jika itu menjadi keharusan, maka semua hal akan menjadi hawadits, yang tidak mungkin terjadi. Apabila Allah menghendaki, maka sesuatu dapat terwujud, dan sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki, maka hal itu tidak akan terwujud. Dengan demikian, sifat menciptakan atau tidak menciptakan adalah sifat jaiz bagi Allah, yang menunjukkan bahwa hal tersebut boleh terjadi atau tidak terjadi.
Dalam konteks iman kepada malaikat, perlu dipahami bahwa malaikat berbeda dengan manusia dalam sifat dan tugasnya; mereka bukan laki-laki atau perempuan; tidak makan atau minum; dan biasanya tidak bisa dilihat dengan mata manusia, karena malaikat termasuk golongan ruh. Kita tidak diwajibkan untuk mengetahui hakikat dari dzat malaikat, cukup dengan mempercayai keberadaan mereka serta sifat-sifatnya yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Para Nabi dan Rasul dapat berkomunikasi dengan malaikat pembawa wahyu, yang kadang dapat menjelma sebagai manusia dengan izin Allah, tetapi juga kadang tidak berbadan seperti manusia. Penjelasan mengenai malaikat dan sifat-sifatnya banyak terdapat dalam Al-Qur’an, di antaranya:
نَزَلَ بِهِ الُّروْحُ اْلأَمِيْنُ عَلىَ قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ اْلمُنْذَرِيْنَ
“Turunlah Ar-Ruhul Amin (Jibril) dengan membawa Al-Qur’an di hatimu, supaya engkau menjadi salah seorang dari pada orang-orang yang memberikan peringatan.” (asy-Syu’ara’: 193-194)
مَايَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
”Tidak satu perkataan pun yang diucapkan; melainkan ada malaikat yang mengawasi dan menelitinya.” (Qaaf: 18)
قُلْ يَتَوَفَّكُمْ مَلَكُ اْلمَوْتِ الَّذِى وُكِلَ بِكُمْ ثُمَّ اِلَى رَبِكُمْ تُرْجَعُوْنَ
“Katakanlah kamu akan dinantikan oleh malaikat maut yang diwajibkan mencabut nyawa kamu; kemudian kepada Tuhanmu ingatlah kamu dikembalikan.” (As-Sajadah: 11)
Jumlah malaikat sangat banyak dan hanya Allah yang mengetahuinya. Setiap malaikat memiliki nama dan tugas masing-masing. Beberapa tugas malaikat yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan keterangan para Rasul antara lain:
- Membawa wahyu dari hadirat Ilahi kepada para Nabi dan Rasul, dinamakan Ar-Ruhul-Amin atau Jibril.
- Membawa rezeki kepada semua makhluk, dinamakan Mikail.
- Meniup sangkakala di hari kiamat, dinamakan Israfil.
- Mencabut nyawa dari tubuh makhluk, dinamakan Izrail.
- Mengawasi dan meneliti perbuatan manusia, dinamakan Rakib dan Atid.
- Menanyai setiap orang di dalam kubur, dinamakan Mungkar dan Nakir.
- Menjaga neraka, dinamakan Malik atau Zabaniyah.
- Menjaga surga, dinamakan Ridwan.