Haji adalah ibadah yang memerlukan syarat kesehatan dan materi yang cukup (istitha’ah). Bagi umat Islam yang belum dapat melaksanakan haji karena masalah kesehatan atau ekonomi, terdapat empat amalan yang pahalanya setara dengan haji atau umrah. Namun, penting untuk diingat bahwa amalan-amalan ini tidak menggugurkan kewajiban seorang Muslim untuk menunaikan ibadah haji, terutama bagi mereka yang sudah memenuhi kriteria mampu (istitha‘ah). Berikut adalah empat amalan yang setara dengan pahala haji atau umrah:
- Niat yang Tulus
Niat merupakan dasar dari segala amal ibadah. Apapun amal yang dilakukan, niat menjadi tolok ukur dan penentu diterima atau tidaknya amal tersebut. Misalnya, seseorang yang berniat tulus untuk berhaji ketika sudah mampu atau bersedekah ketika sudah memiliki uang, akan mendapatkan pahala haji atau sedekah di akhirat kelak, meskipun selama hidupnya tidak melakukan ibadah tersebut. Ahmad al-Hijazi menuturkan bahwa pada hari kiamat, seseorang akan diberikan catatan amalnya dan menemukan catatan haji, jihad, dan sedekah yang tidak pernah dilakukannya. Ketika ia mengeluh, Allah SWT menjawab bahwa catatan tersebut adalah miliknya karena niat tulus yang dimilikinya selama hidup. - Berbakti pada Orang Tua
Dalam ajaran Islam, kedua orang tua memiliki posisi penting di hadapan anaknya. Seorang anak berkewajiban taat kepada orang tua setelah penghambaan kepada Allah SWT. Pahala haji dan umrah akan dianugerahkan kepada anak yang rela meninggalkan keinginannya demi berbakti kepada orang tua. Rasulullah SAW pernah bersabda kepada seseorang yang ingin berjihad tetapi tidak mampu, agar ia memperbaiki hubungan dengan ibunya. Dengan berbakti kepada ibu, ia akan dianggap telah melakukan haji dan umrah. - Membantu Orang Lain
Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan. Bagi yang rela membantu memenuhi kebutuhan sesama Muslim, Allah menjanjikan pahala besar setara dengan haji dan umrah. Dalam sebuah riwayat, al-Hasan meninggalkan tawaf untuk membantu temannya memenuhi kebutuhan. Rasulullah SAW mengingatkan bahwa siapa pun yang pergi untuk memenuhi hajat saudaranya, akan dicatatkan pahala haji dan umrah. - Taat pada Suami
Di zaman Nabi, suami memiliki peran lebih banyak dibandingkan istri. Meskipun istri juga memiliki tanggung jawab berat di rumah, Rasulullah SAW menekankan bahwa berbuat baik dan mencari ridha suami setara dengan pahala semua amal suami. Dalam sebuah sabdanya, Rasulullah mendorong perempuan untuk memahami bahwa kebaikan dalam hubungan dengan suami memiliki nilai pahala yang sama dengan segala amal suami.
Keempat amalan ini memiliki pahala setara dengan haji atau umrah, namun sekali lagi ditekankan bahwa amalan-amalan ini tidak membebaskan umat Islam dari kewajiban menunaikan ibadah haji, terutama bagi mereka yang sudah mampu (istitha‘ah). Wallahu a’lam.