- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Menghindari Kebanggaan Keturunan dalam Ajaran Rasulullah

Google Search Widget

Rasulullah Muhammad SAW adalah teladan abadi bagi umat manusia. Seluruh perilaku, tindakan, dan ucapan beliau menjadi contoh yang seharusnya diteladani. Beliau adalah sosok yang sempurna tanpa kekurangan, sehingga tidak mengherankan jika Allah SWT menjadikannya sebagai nabi terbaik dan makhluk termulia, melebihi para malaikat-Nya.

Salah satu pelajaran penting yang dapat kita ambil dari Rasulullah adalah ajarannya kepada putra-putrinya untuk tidak merasa bangga dengan nasab keturunannya. Rasulullah tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk sombong hanya karena terlahir sebagai keturunan beliau. Bahkan, beliau sangat marah jika ada di antara keturunannya yang membanggakan diri karena status tersebut.

Hal ini terlihat saat Rasulullah mendidik keluarganya untuk tidak menganggap tinggi nasab mereka. Beliau mengingatkan Sayyidah Fatimah untuk tidak merasa bangga meskipun ia adalah putrinya. Ini menunjukkan bahwa garis keturunan tidak memiliki nilai di sisi Allah SWT; yang dapat menyelamatkan seseorang hanyalah amal ibadah dan ketakwaan.

Sebuah hadits dari Abu Hurairah menggambarkan peringatan Rasulullah kepada keluarganya, yang menekankan bahwa nasab atau keturunan, meskipun dari Rasulullah sendiri, tidak berharga tanpa iman dan takwa. Dalam hadits tersebut, Rasulullah menegaskan bahwa beliau tidak dapat membantu siapapun di hadapan Allah, meskipun mereka adalah keluarganya.

Syekh Badruddin al-Aini dalam Umdatul Qari menjelaskan bahwa ketika Rasulullah memberikan nasihat kepada keluarganya, beliau menyebutkan nama mereka satu per satu untuk menunjukkan bahwa tanpa iman dan takwa, nasab tidak memiliki jaminan apapun di hari kiamat. Beliau mengajarkan keluarganya untuk lebih mengandalkan amal ibadah daripada keturunan.

Dalam riwayat lain, Rasulullah juga melarang keras orang-orang untuk membanggakan nasab mereka. Beliau bersabda bahwa mereka yang terus membanggakan nenek moyang yang telah wafat hanya akan menjadi arang neraka atau lebih hina di sisi Allah daripada hewan yang mendorong kotoran dengan hidungnya.

Pembelajaran ini menjelaskan bahwa membanggakan keturunan bukanlah sikap yang mencerminkan akhlak Rasulullah. Beliau memandang semua manusia setara; tidak ada yang lebih mulia hanya karena nasab. Bagi Rasulullah, kemuliaan sejati hanya berdasarkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyatakan bahwa Tuhan kita adalah satu dan nenek moyang kita juga satu. Ia menekankan bahwa tidak ada keunggulan antara Arab dan non-Arab, atau antara kulit hitam dan kulit putih, kecuali dengan ketakwaan.

Dengan demikian, pelajaran yang diambil dari ajaran Rasulullah jelas: nasab keturunan tidak layak untuk dibanggakan. Bahkan beliau memberi peringatan kepada keluarganya, termasuk Sayyidah Fatimah, bahwa menjadi anak seorang nabi tidak menjamin keselamatan.

Nasihat Sayyid Abdullah al-Haddad dalam kitab an-Nashaihud Diniyah menegaskan bahwa membanggakan keturunan adalah tindakan tercela, dilakukan oleh orang-orang yang kurang memahami agama Islam. Ia menjelaskan bahwa sifat sombong termasuk menganggap diri suci dan membanggakan keturunan orang-orang saleh sangatlah tercela.

Lebih jauh, Sayyid Abdullah al-Haddad menyatakan bahwa mereka yang menyombongkan diri karena keturunan tidak akan mendapatkan keberkahan. Keberkahan dari leluhur akan mengalir kepada keturunannya jika mereka meneladani ibadah dan amal saleh serta menjauhi sifat sombong.

Al-Qur’an juga tegas mengingatkan bahwa derajat dan kemuliaan seseorang tidak diukur dari keturunan, ras, atau bangsa, tetapi dari ketakwaan. Dalam surat Al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman bahwa orang yang paling mulia di antara kita adalah yang paling bertakwa.

Kesimpulannya, Rasulullah SAW adalah teladan dalam mendidik keluarganya untuk tidak mengandalkan keturunan. Nasab tidak memiliki nilai di hadapan Allah jika tidak disertai dengan ketakwaan. Oleh karena itu, kita sebagai umatnya seharusnya mencontoh sikap ini dan tidak membanggakan keturunan. Membanggakan diri dengan nasab hanya akan menjadikan seseorang merasa lebih mulia daripada orang lain, yang bertentangan dengan akhlak baik. Semoga pelajaran ini bermanfaat bagi kita semua.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?