Memberikan nasihat kepada orang lain merupakan suatu tindakan baik yang mencerminkan kewajiban kita untuk saling menasihati dalam kebenaran. Namun, penting untuk menyampaikannya dengan cara yang baik agar tidak menimbulkan efek yang sebaliknya. Seringkali, orang yang dinasihati merasa tersinggung atau dipermalukan, terutama jika nasihat disampaikan di depan umum. Oleh karena itu, Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad memberikan panduan tentang cara menasihati yang bijaksana dalam kitabnya, Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah.
Pertama, nasihat sebaiknya disampaikan secara pribadi dan dengan kata-kata lembut. Hindari menyampaikan secara langsung jika bisa dipahami dengan cara yang lebih halus. Jika orang yang dinasihati bertanya mengenai sumber informasi tersebut, sebaiknya tidak diungkapkan agar tidak menimbulkan permusuhan. Jika nasihat diterima, bersyukurlah kepada Allah; jika tidak, lakukan introspeksi diri dan renungkan apakah cara penyampaian kita sudah tepat.
Kedua, saat memberikan nasihat, hindari langsung membahas masalah secara eksplisit. Gunakan pendekatan yang lebih halus, seperti bertanya tentang hubungan dengan teman-teman sebelum membahas masalah yang sebenarnya. Misalnya, jika anak kita terlibat perkelahian, kita bisa memulai dengan menanyakan kondisi di sekolahnya. Dengan cara ini, kita dapat memberikan nasihat tanpa langsung menghakimi.
Ketiga, jika ditanya mengenai sumber informasi negatif, kita boleh tidak memberitahukannya demi menjaga hubungan baik. Dalam hal ini, berbohong demi kebaikan dapat dibenarkan, sesuai dengan ajaran Rasulullah Muhammad (SAW) yang menyatakan bahwa berbohong untuk mendamaikan orang adalah dibenarkan.
Keempat, jika nasihat diterima dengan baik, ucapkan syukur kepada Allah dan terima kasih kepada orang yang mau mendengarkan. Ini penting sebagai penghargaan atas kesediaannya menerima nasihat.
Kelima, jika nasihat ditolak, alih-alih marah, tunjukkan kekecewaan pada diri sendiri. Ucapkan kalimat yang menunjukkan bahwa kita merasa tidak mampu menyampaikan nasihat dengan baik. Ini dapat membantu orang yang dinasihati untuk merenungkan kesalahannya dan menyadari pentingnya nasihat tersebut.
Dengan menerapkan lima cara bijak ini, nasihat dapat disampaikan dengan efektif dan tujuan kebaikan dapat tercapai tanpa menimbulkan konflik. Nasihat yang baik harus disampaikan dengan cara yang baik agar dapat diterima dengan baik pula, sehingga tidak menimbulkan permusuhan antara yang menasihati dan yang dinasihati.