Iblis, sebagai makhluk Allah, tidak terlepas dari kelemahan. Dalam menjalankan tugasnya untuk menggoda manusia dari jalan yang lurus, iblis memiliki batasan-batasan tertentu. Allah menegaskan dalam Surat An-Nisa ayat 76 bahwa tipu daya iblis dan para setan yang mengikutinya adalah lemah. Dalam ayat tersebut, Allah berfirman, إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا, yang berarti “Sungguh, tipu daya setan itu lemah.”
Imam Al-Qusyairi menyebutkan bahwa tidur bisa menjadi cara yang efektif untuk menanggulangi godaan iblis. Ketika seseorang tidur, ia tidak berada dalam keadaan sadar dan umumnya tidak dapat melakukan maksiat yang digoda oleh iblis, seperti mabuk, judi, zina, dan berbagai dosa lainnya. Dalam konteks ini, seorang ulama menyatakan bahwa bagi iblis, tidak ada yang lebih menyusahkan ketimbang melihat orang yang bermaksiat tidur. Iblis akan mengeluh, “Kapan orang itu bangun agar ia bisa bermaksiat kepada Allah?”
Allah juga menyebutkan dalam Surat An-Naba ayat 9 bahwa tidur merupakan istirahat. Dalam ayat tersebut, Allah berfirman, وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا, yang berarti “Kami menjadikan tidurmu sebagai istirahat.” Tidur menjadi cara untuk menghindari risiko tinggi terjerumus dalam maksiat.
Selain tidur, aktivitas lain yang melalaikan juga dapat membantu menangkis godaan iblis. Imam Al-Qusyairi mengutip pendapat ulama bahwa waktu terbaik bagi orang yang bermaksiat adalah saat tidur. Jika mereka tidak tidur, maka mereka akan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan maksiat. Dengan tidur, seseorang tidak memiliki kesempatan untuk terjerumus dalam dosa.
Namun, jika tidur bukanlah pilihan, kegiatan produktif dan menyehatkan seperti olahraga, berkesenian, menonton pertunjukan, atau membaca buku juga bisa menjadi alternatif yang baik untuk mengisi waktu dan menjaga diri dari godaan iblis.