Imam Al-Ghazali mengilustrasikan pertanyaan yang diajukan oleh orang yang tidak tahu sebagai keterangan penyakit yang diajukan oleh pasien kepada dokter. Jawabannya diumpamakan sebagai upaya dokter dalam menyembuhkan penyakit tersebut. Dalam konteks ini, orang bodoh diibaratkan sebagai pasien yang sakit, sedangkan ulama sebagai dokternya. Ulama yang kurang memenuhi syarat tidak layak menjadi dokter, dan hanya ulama yang memenuhi syarat kesempurnaan (al-alimul kamil) yang dapat mengetahui hakikat penyakit kebodohan.
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa kebodohan terbagi menjadi empat jenis, di mana tiga di antaranya tidak dapat disembuhkan, sementara satu jenis lainnya mungkin dapat diobati. Pertama, pertanyaan yang bersumber dari hasad atau kedengkian. Hasad merupakan penyakit yang hampir tidak dapat disembuhkan. Setiap jawaban yang diberikan hanya akan memperburuk hasad orang yang bertanya. Al-Imam Al-Ghazali menyarankan untuk tidak menjawab pertanyaan jenis ini, mengingat bahwa niat pertanyaannya bukan untuk mencari pengetahuan, melainkan untuk menyakiti.
Kedua, penyakit yang bersumber dari kedunguan dan kebebalan (al-hamaqah atau al-ahmaq). Penyakit ini juga sulit disembuhkan. Nabi Isa (AS) pernah mengatakan bahwa ia mampu menghidupkan orang mati, namun tidak dapat memperbaiki orang yang bebal. Orang yang dungu cenderung mengajukan pertanyaan kepada ulama yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk belajar, meskipun mereka hanya memiliki pengetahuan yang sangat sedikit.
Ketiga, penyakit orang yang melontarkan pertanyaan karena kelemahan daya pikir atau IQ rendah (baladah atau balid). Orang ini meminta penjelasan tetapi tidak memiliki kecakapan untuk memahami hakikat ucapan ulama. Mereka sering kali tidak menyadari batasan kapasitas daya pikir mereka. Imam Al-Ghazali menyarankan untuk mengabaikan pertanyaan dari orang-orang semacam ini, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad (SAW) yang menyatakan bahwa para nabi diperintahkan untuk berbicara kepada umat manusia sesuai dengan kapasitas daya pikir mereka.
Keempat, orang yang mencari petunjuk dan memiliki kecerdasan serta kapasitas untuk menerima pelajaran. Mereka tidak terpengaruh oleh emosi negatif dan berusaha mencari kebenaran. Pertanyaan yang mereka ajukan tidak membingungkan, dan untuk mereka, upaya pengobatan atau penjelasan sangat layak dan bahkan wajib dilakukan. Wallahu a’lam.