- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Berdoa untuk Hal yang Mustahil: Apa yang Perlu Diketahui

Google Search Widget

Ada pertanyaan yang sering muncul: apakah diperbolehkan untuk berdoa meminta hal-hal yang dianggap mustahil? Contohnya, berdoa agar bisa terbang atau menempuh jarak yang seharusnya memakan waktu satu jam hanya dalam 20 menit. Dalam berdoa, kita harus berhati-hati agar tidak bersikap kurang ajar kepada Allah. Abdullah bin Mughaffal pernah mendengar putranya berdoa meminta istana putih di sebelah kanan surga. Ia pun memberikan nasihat agar anaknya meminta surga dan berlindung dari neraka, mengingat sabda Rasulullah Muhammad (SAW) tentang adanya orang-orang yang berlebihan dalam berdoa.

Permintaan yang dianggap kurang ajar dalam doa adalah meminta hal-hal yang mustahil, seperti terbang atau kembali muda. Namun, ada pengecualian untuk hal ini. Pertama, doa para nabi. Mereka memiliki hak istimewa untuk meminta hal-hal di luar kebiasaan karena memerlukan mukjizat untuk mendukung dakwah mereka. Beberapa ulama juga memasukkan para wali dalam kategori ini, di mana mereka mungkin diberikan karamah yang memungkinkan terjadinya hal-hal luar biasa melalui doa mereka.

Kedua, dalam kondisi darurat, seseorang boleh berdoa untuk mendapatkan kekuatan luar biasa, seperti menghadapi hewan buas. Namun, dikabulkannya doa tersebut adalah hal yang berbeda. Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa menyatakan bahwa sikap kurang ajar dalam berdoa mencakup permintaan yang tidak realistis, seperti hidup abadi, meminta pertolongan untuk maksiat, atau melihat hal-hal gaib.

Dalam Kitab Ad-Durr Al-Mukhtar, Alauddin Al-Hashkafi Al-Hanafi menegaskan bahwa haram hukumnya berdoa agar selalu sehat atau meminta makanan dari langit. Pendapat serupa juga disampaikan oleh beberapa ulama yang menegaskan bahwa hanya nabi dan wali yang diperbolehkan berdoa untuk hal-hal mustahil.

Prinsipnya, manusia biasa tidak seharusnya meminta hal-hal di luar jangkauan akal, seperti yang dilakukan oleh para nabi ketika meminta untuk melihat Allah atau meminta makanan turun dari langit. Allah menetapkan segala sesuatu berdasarkan hukum sebab-akibat, dan hanya Dia yang berhak mengubah hukum tersebut untuk tujuan tertentu.

Di tengah wabah virus Corona, penting untuk merenungkan sikap kita. Apakah kita yang tidak mematuhi protokol kesehatan tetapi terus berdoa agar terlindungi dari virus, termasuk dalam kategori kurang ajar kepada Allah? Pertanyaan ini layak untuk direnungkan. Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?