Akibat dari macetnya roda perekonomian yang disebabkan oleh wabah Covid-19, banyak perusahaan terpaksa gulung tikar dan merumahkan karyawan mereka. Sektor informal dan pekerja harian juga merasakan dampak yang cukup parah, sehingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat mengenai rezeki mereka. Kekhawatiran ini adalah hal yang wajar, namun seharusnya tidak berlebihan hingga menggoyahkan keimanan. Allah telah menetapkan dan menjamin rezeki bagi setiap makhluk-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an, “Tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh),” (Surat Hud ayat 6).
Rezeki yang dijamin Allah memiliki kadar dan jalannya yang berbeda-beda. Sebagian rezeki datang melalui usaha, sebagaimana dinyatakan dalam Surat An-Najm, “Sungguh manusia tidak memperoleh sesuatu (rezeki) selain apa yang telah diusahakannya,” (Surat An-Najm ayat 39). Namun, Allah juga memiliki cara lain untuk mendatangkan rezeki kepada makhluk-Nya, meskipun mereka tidak berusaha atau usaha mereka belum membuahkan hasil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan contoh melalui kondisi janin dalam rahim ibunya, yang tidak berusaha namun tetap dijamin rezekinya oleh Allah. Mengapa manusia dewasa yang sudah berakal dan mampu berusaha masih merasa khawatir akan rezekinya?
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Makhul, Rasulullah menggambarkan bahwa janin tidak meminta, tidak bersedih, dan tidak merasa cemas, karena rezekinya sudah dijamin. Setelah lahir, banyak orang dewasa yang justru merasa cemas akan rezeki mereka. Namun, Allah yang mengetahui segala sesuatu akan memberikan rezeki dari jalan yang tidak terduga, terutama bagi orang yang bertakwa. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Allah memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,” (QS. Ath-Thalaq [86]: 1-2).
Ketika usaha terasa sulit, kita seharusnya memperbanyak istighfar, bersyukur, dan bersedekah. Memperkuat silaturahim, meskipun secara daring, serta berdoa juga dianjurkan. Allah akan selalu mendatangkan rezeki kepada hamba-Nya melalui pintu-pintu yang telah dijanjikan. Tidak perlu memaksakan diri mencari rezeki hingga ke jalan yang haram. Pengejaran terhadap apa yang telah dijamin Allah dianggap sebagai kesia-siaan dan menunjukkan kegelapan hati, sebagaimana yang dinyatakan oleh Syekh Ibnu Athaillah dalam Kitab Al-Hikam.
Dengan memahami jaminan rezeki dari Allah, kita diharapkan dapat lebih tenang dan bersyukur dalam menghadapi segala tantangan hidup, termasuk di masa-masa sulit seperti sekarang.