Dalam kitab ‘Uyubun Nafsi, Syekh Muhammad ibn al-Husain an-Naisaburi (w. 412 H) mengungkapkan beberapa kesalahan tersembunyi yang sering kali tidak disadari oleh manusia, termasuk para ahli ibadah. Penting untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan ini agar kita tetap waspada dan terhindar dari mereka, karena tidak ada yang menginginkan ibadahnya sia-sia di hadapan Allah (SWT). Dalam kitab tersebut, terdapat sedikitnya 35 kesalahan yang diuraikan, namun kali ini akan dibahas tiga kesalahan utama.
Kesalahan pertama adalah mengira diri akan selamat. Banyak orang yang beribadah merasa bangga dan yakin bahwa mereka akan selamat di akhirat. Mereka sering kali merasa lebih unggul di hadapan orang lain dan menganggap diri mereka dekat dengan Allah (SWT). Namun, mereka lupa bahwa kemampuan untuk beribadah adalah semata-mata taufik dari Allah (SWT). Tidak ada yang bisa memastikan apakah amal mereka diterima atau tidak. Sayyidah Rabiah al-Adawiyah pernah menyatakan bahwa istighfar yang telah diucapkan perlu diiringi dengan kesungguhan untuk memperbaiki diri. Para ahli ibadah harus menyadari bahwa setan selalu berusaha menggoda dari berbagai arah. Sebelum menghembuskan napas terakhir, tidak ada yang tahu apakah kita akan tetap berada di jalan Allah (SWT) atau justru terjerumus jauh dari-Nya.
Kesalahan kedua adalah tidak merasakan kelezatan dalam beribadah. Banyak orang yang melihat ibadah hanya sebagai kewajiban, bukan sebagai kebutuhan spiritual. Ketaatan yang dijalankan tidak didasari oleh kesadaran dan kepasrahan kepada Allah (SWT), melainkan sering kali dipengaruhi oleh pandangan orang lain. Jika ibadah dilakukan hanya untuk mendapatkan pujian dari makhluk, maka kenikmatan dalam beribadah akan hilang. Allah (SWT) meminta agar hamba-Nya beribadah dengan tulus, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk terus berdzikir, membaca kitab-Nya, dan meminta doa kepada para wali Allah (SWT) agar diberikan keikhlasan dalam beribadah.
Kesalahan ketiga adalah ceroboh dalam mengikuti bisikan hati. Seseorang yang merasa tekun beribadah sering kali menganggap semua bisikan dalam hatinya adalah benar. Meskipun bisikan baik bisa datang dari Allah (SWT) atau malaikat, tidak semua bisikan berasal dari sumber yang baik. Bisikan dari setan dan hawa nafsu juga sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada dan menimbang setiap bisikan yang datang. Jika bisikan tersebut sejalan dengan hawa nafsu atau bertentangan dengan syariat, maka sebaiknya dihindari. Ibrahim al-Khawash pernah berkata bahwa dosa pertama dimulai dari bisikan hati, dan jika seseorang menyadari bisikan tersebut, ia akan selamat.
Dengan memahami kesalahan-kesalahan ini, diharapkan kita dapat lebih berhati-hati dalam beribadah dan senantiasa berusaha memperbaiki diri. Wallahu a’lam.