Perhatian terhadap pelanggaran-pelanggaran kecil sering kali mencerminkan integritas seseorang dalam hal-hal yang lebih besar. Sejak kecil, kita diajarkan untuk memelihara kehormatan, harga diri, dan nama baik melalui ucapan dan tindakan. Forum pengajian bagi anak-anak menjadi momentum penting dalam penanaman nilai-nilai ini. Dalam Islam, harga diri dan nama baik diistilahkan sebagai “muruah”, yang sering disebut sebagai “marwah” dalam konteks politik dan media.
Anak-anak yang belajar mengaji disarankan untuk menjauhi ucapan dan tindakan yang dapat merusak muruah, seperti berbohong, menipu, mencuri, menyakiti orang lain, dan melawan orang tua. Mereka juga diajarkan untuk menghindari perilaku kecil yang dapat mencederai muruah, seperti membuang air kecil di jalanan, makan di pasar, atau menggunakan tangan kiri untuk berbagai aktivitas.
Dalam konteks hadits, para ahli hadits menilai kualitas hadits berdasarkan sejauh mana perawi menjauhkan diri dari tindakan yang dapat merusak muruahnya. Seorang perawi yang tidak menjaga muruahnya dianggap tidak dapat dipercaya. Sayyidina Ali (Karamallahu Wajhah) bahkan menolak hadits dari seseorang yang sering membuang air kecil sambil berdiri, menunjukkan bahwa pelanggaran kecil dapat berpengaruh besar terhadap integritas.
Meskipun demikian, tidak semua tindakan seperti makan di pasar atau buang air kecil di jalanan dianggap merusak muruah. KH MA Sahal Mahfudh dalam karyanya menjelaskan bahwa jika aktivitas tersebut dilakukan di tempat tertutup seperti kedai atau toilet umum, maka tidak ada masalah dengan muruah. Hal ini menunjukkan bahwa konteks dan tempat sangat berpengaruh dalam penilaian terhadap muruah.
Kesimpulannya, menjaga muruah dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang penting dan harus diperhatikan. Tindakan-tindakan kecil yang tampaknya sepele dapat memiliki dampak besar terhadap reputasi dan integritas seseorang. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk selalu menjaga perilaku dan tindakan agar tetap sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam agama.