Dalam Kitab Mukâsyafatul Qulûb, Imam Al-Ghazali mengisahkan tentang seorang yang melaksanakan shalat. Saat membaca Surat Al-Fatihah, ia mendengar suara yang mengingatkannya bahwa ia tidak benar-benar menyembah Sang Khalik, melainkan makhluk. Hal ini membuatnya menghentikan shalat dan memilih untuk menjalani hidup menyendiri (uzlah).
Ketika ia shalat lagi dan sampai pada bacaan yang sama, suara tersebut kembali muncul, menyatakan bahwa ia sebenarnya menyembah hartanya. Setelah menyedekahkan hartanya, ia melanjutkan shalat. Namun, suara itu kembali muncul, kali ini mengingatkannya bahwa ia menyembah pakaian yang dikenakannya. Ia pun segera menyedekahkan semua pakaiannya, kecuali yang sedang dipakai.
Setelah merasa telah melepaskan semua yang mengikat, ia melaksanakan shalat sekali lagi. Ketika sampai pada bacaan yang sama, suara terakhir mengonfirmasi bahwa kini ia benar-benar telah menyembah Allah.
Kitab Mukâsyafatul Qulûb adalah karya Imam Al-Ghazali yang menyampaikan pesan-pesan tasawuf dengan ungkapan metaforis yang mendalam. Pesan-pesan tersebut sering kali memerlukan renungan lebih lanjut agar dapat dipahami sesuai dengan konteks sosial, ekonomi, dan psikologi individu yang menjalani laku tasawuf.
Meskipun sulit untuk menyampaikan pesan-pesan tasawuf kepada orang lain, lebih bermanfaat jika dihayati sebagai jalan spiritual untuk diri sendiri. Daripada terjebak dalam kebencian dan fitnah atas nama Tuhan, sebaiknya kita selalu mawas diri dan merawat batin. Inilah esensi penting dari ilmu tasawuf. Wallahu a’lam.