Hubungan antara guru dan murid secara fisik memang terputus setelah sang guru wafat. Namun, kelompok Ahlussunnah wal Jamaah meyakini bahwa hubungan ini tetap terjalin meskipun secara fisik keduanya tidak lagi bersama. Syekh Ihsan M Dahlan Jampes mengutip pandangan Sayid Ahmad Zaini Dahlan yang menyatakan bahwa seorang wali akan tetap terhubung dengan batin para pengikutnya. Hubungan batin ini membawa keberkahan tersendiri bagi murid-muridnya.
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (RA) dalam karyanya menyebutkan bahwa banyak orang saleh yang memahami makrifat kepada Allah mengungkapkan bahwa setelah wafat, batin seorang wali akan terhubung dengan para muridnya. Melalui keberkahan dari gurunya, para murid akan mendapatkan limpahan cahaya dan anugerah dari Allah SWT.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad (RA) bahkan menambahkan bahwa hubungan antara seorang wali dan murid-muridnya menjadi lebih erat setelah wali tersebut wafat. Hal ini disebabkan perhatian dan kesempatan wali tersebut yang lebih lapang setelah meninggal. Saat hidup, seorang wali sering kali disibukkan dengan kewajiban dan tanggung jawab duniawi.
Keistimewaan seorang wali terkadang tidak terlihat jelas ketika ia masih hidup karena tertutupi oleh sisi manusiawinya. Namun, ada juga wali yang memiliki keistimewaan yang cukup dominan selama hidupnya. Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad (RA) menjelaskan bahwa perhatian seorang wali terhadap kerabat dan orang-orang yang bergantung kepadanya setelah wafat lebih besar dibandingkan saat ia hidup, karena setelah meninggal, beban kewajiban telah diangkat dari pundaknya.
Keyakinan ini memperkuat hubungan antara murid dan guru meskipun gurunya telah wafat bertahun-tahun, bahkan ratusan tahun yang lalu. Seorang wali atau guru, meskipun telah meninggal, akan tetap hidup dalam hati para murid dan pengikutnya. Wallahu a’lam.