Syekh Zainuddin Al-Malibari, dalam karya syairnya yang berjudul Manzhumah Syu‘abil Iman, menekankan pentingnya semangat persaudaraan berdasarkan kemanusiaan tanpa memandang perbedaan latar belakang. Ia mengungkapkan bahwa setiap individu, terlepas dari agama, suku, warna kulit, dan golongan, adalah bagian dari diri kita sendiri. Semangat ini, menurutnya, dapat membawa orang beriman menuju surga di akhirat.
Syekh Zainuddin mengajak umat Islam untuk mencintai sesama manusia seperti mencintai diri sendiri. Ia menyatakan bahwa cinta terhadap orang lain adalah bukti keimanan seorang Muslim. Dalam karyanya, ia menuliskan, “Cintailah manusia lain sebagaimana kau mencintai dirimu sendiri agar kau kelak mencecap kenikmatan surga.”
Syekh M Nawawi Banten mengaitkan pemikiran Syekh Zainuddin dengan hadits Rasulullah (SAW) yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Dalam syarahnya, Qami‘ut Thughyan, ia mengutip hadits yang menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kecintaannya terhadap orang lain. Rasulullah (SAW) bersabda, “Tidak (sempurna) iman salah seorang di antara kamu sebelum kamu mencintai saudaranya seperti saudaranya sendiri.”
Dari pemahaman ini, Syekh M Nawawi Banten merujuk pada pandangan As-Suhaimi yang mengajak umat Islam untuk membangun semangat persaudaraan tanpa membedakan agama, bahkan terhadap mereka yang tidak seiman. As-Suhaimi menyatakan bahwa keimanan tidak akan sempurna sebelum seseorang mencintai saudaranya, termasuk yang kafir, dengan cara yang sama seperti ia ingin diperlakukan.
Semangat persaudaraan yang dibangun atas dasar kemanusiaan ini sangat relevan dengan realitas masyarakat Indonesia yang beragam. Umat Islam di Indonesia diharapkan untuk melestarikan semangat ini dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya penyempurnaan iman kepada Allah (SWT). Semangat ini juga berperan penting dalam menjaga keutuhan bangsa dan kerekatan sosial antar sesama anak bangsa.
Dalam konteks ini, NU mengenalkan tiga semangat persaudaraan: ukhuwwah Islamiyyah (saudara seiman), ukhuwwah wathaniyyah (saudara setanah air), dan ukhuwwah basyariyyah/insaniyyah (saudara sesama anak manusia). Ini merupakan upaya untuk memperkuat rasa persaudaraan dan saling menghormati di tengah keragaman yang ada.