Ziarah ke makam Rasulullah ﷺ di Madinah merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam, terutama bagi mereka yang menunaikan ibadah haji. Dalam rangka menghormati makam Nabi Muhammad ﷺ, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan agar ziarah dapat dilakukan dengan penuh adab dan hormat.

Pertama, saat memasuki Masjid Nabawi, peziarah harus bersikap tenang dan menghormati suasana. Suara keras di dalam masjid sangat tidak diperkenankan, sebagaimana pernah ditegur oleh Umar bin Khattab kepada dua orang yang berbicara keras di sana.

Kedua, meskipun tidak ada kalimat khusus yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ untuk dibaca saat berziarah, peziarah disarankan untuk mengucapkan shalawat dan salam. Contoh kalimat yang bisa diucapkan adalah: “اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا اَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيْقْ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا اَبَا حَفْصٍ عُمَرَ ابْنِ الْخَطَّابْ,” yang berarti “Salam sejahtera bagi engkau, wahai Rasulullah. Salam sejahtera bagi engkau, wahai Abu Bakar ash-Shiddiq. Salam sejahtera bagi engkau, wahai ayah Hafsh, Umar bin Khattab.” Ziarah sebaiknya dilakukan dengan berjalan melewati makam, tidak dengan duduk atau melakukan aktivitas lain di sekitar makam.

Ketiga, peziarah harus menjaga adab dan keyakinan bahwa mereka sedang berada di hadapan Nabi Muhammad ﷺ, yang mengetahui kedatangan mereka. Menghormati Nabi setelah wafatnya sama pentingnya dengan menghormati beliau saat hidup.

Keempat, saat tiba di Madinah, penting untuk menata niat dengan sungguh-sungguh dan menjaga shalat di Masjid Nabawi, karena shalat di sana memiliki keutamaan yang sangat besar. Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa shalat di Masjid Nabawi lebih baik daripada shalat seribu rakaat di masjid lain.

Kelima, jika memungkinkan, peziarah sebaiknya tidak meninggalkan shalat di Raudlah, area yang sangat mulia di dalam Masjid Nabawi.

Dengan memperhatikan etika dan adab ini, diharapkan ziarah ke makam Rasulullah ﷺ dapat dilakukan dengan penuh penghormatan dan mendapatkan keberkahan.