Bersedekah sering kali dipahami sebagai memberikan uang dalam jumlah tertentu kepada orang yang membutuhkan. Namun, pemahaman ini kurang tepat karena sedekah dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk menyedekahkan barang-barang bekas. Banyak dari kita yang enggan melepaskan barang-barang bekas karena merasa masih memiliki nilai ekonomi, padahal sebaiknya kita mempertimbangkan untuk memberikannya kepada pemulung.

Menyedekahkan barang bekas kepada pemulung bukan hanya sekadar memberikan bantuan, tetapi juga merupakan bentuk pemberdayaan ekonomi dan konservasi lingkungan. Dengan memberikan barang-barang seperti rongsokan, kardus, botol, dan plastik, kita membantu pemulung yang secara ekonomi lemah untuk mendapatkan penghasilan dengan cara memilah dan menjual barang-barang tersebut. Ini sejalan dengan prinsip 3R: reduce, recycle, dan reuse.

Reduce berarti mengurangi volume sampah tanpa membakar, yang dapat meningkatkan polusi udara. Recycle adalah mendaur ulang barang-barang bekas menjadi produk baru, sedangkan reuse berarti menggunakan kembali barang tersebut. Praktik 3R ini juga merupakan upaya untuk menjaga kelestarian alam dan mengurangi pencemaran lingkungan, sehingga membuang barang-barang bekas dengan niat bersedekah menjadi tindakan yang mulia.

Kegiatan ini tidak hanya mencerminkan kesalehan sosial, yaitu menolong sesama, tetapi juga kesalehan ekologis, yang berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Kesadaran akan kerusakan lingkungan yang semakin meningkat memerlukan gerakan bersama untuk menerapkan prinsip 3R. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan bahwa kerusakan di darat dan laut disebabkan oleh tindakan manusia, dan penting bagi kita untuk kembali ke jalan yang benar.

Dengan demikian, menyedekahkan barang-barang bekas kepada pemulung tidak hanya berfungsi sebagai amal sosial, tetapi juga sebagai kontribusi terhadap lingkungan. Tindakan ini seharusnya menjadi bagian dari kesadaran kita untuk menjaga bumi dan membantu sesama.