Sering kali kita menganggap bahwa kesalahan, dosa, atau kekhilafan yang kita lakukan dapat menjadi penghalang atau titik akhir dari istiqamah kebaikan yang telah kita jalani selama bertahun-tahun. Dengan pemikiran demikian, kita merasa tidak mampu meraih istiqamah. Ungkapan dalam bahasa Indonesia seperti “panas setahun dihapus hujan sehari” atau “nila setitik rusak susu sebelanga” sering kali mencerminkan pandangan ini.
Namun, seharusnya kita tidak keliru dalam menilai sebuah dosa, kekhilafan, atau kealpaan di tengah rangkaian ibadah yang telah kita lakukan. Syekh Ibnu Athaillah mengingatkan dalam salah satu hikmahnya: “Jika kau terjatuh pada sebuah dosa, maka jangan jadikan itu sebagai sebab bagimu berputus asa untuk meraih istiqamah bersama Tuhanmu, karena mungkin saja itu adalah dosa terakhir yang ditakdirkan untukmu.”
Cara pandang terhadap dosa di tengah rutinitas ibadah sangat penting. Kita tidak boleh mengira bahwa satu kesalahan membuat kita terjerumus ke dalam dunia hitam dan kemudian melakukan dosa lainnya. Sikap putus asa ini sangat berbahaya, karena dapat menjatuhkan seseorang lebih jauh ke dalam dosa dan menjauh dari ibadah yang telah dilakukan. Syekh As-Syarqawi menegaskan bahwa meyakini bahwa dosa yang muncul membuat capaian istiqamah menjadi mustahil dan mendorong untuk melakukan dosa-dosa lainnya adalah sebuah kekeliruan.
Syekh Ibnu Abbad menambahkan bahwa sebuah dosa tidak dapat membatalkan istiqamah ibadah yang telah kita amalkan, kecuali jika dilakukan secara kontinu. Istiqamah tidak akan terputus oleh kesalahan yang terjadi tanpa sengaja, melainkan hanya oleh perbuatan dosa yang dilakukan secara berkelanjutan.
Syekh Syarqawi menganjurkan agar mereka yang terjatuh dalam dosa segera bertobat kepada Allah dan memohon ampunan-Nya, serta kembali kepada-Nya untuk menjaga diri dari kesalahan yang sama. “Yang harus kamu lakukan adalah bertobat dan kembali kepada Allah. Jangan sampai kamu berputus asa atas rahmat-Nya,” ujarnya.
Pengajaran dari Syekh Ibnu Athaillah ini mengajak kita untuk bangkit dan tetap semangat dalam menjalankan ibadah. Jangan biarkan satu kekhilafan menghentikan ibadah yang telah kita jalani dalam waktu yang lama. Nasihat ini juga relevan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjaga semangat belajar atau berolahraga. Jangan sampai karena vakum dalam waktu tertentu, kita kehilangan semangat untuk memulai kembali kegiatan positif yang telah kita lakukan sebelumnya. Wallahu a‘lam.