Syair “Muhammadun sayyidul kaunaini was tsaqalaini” dan “hual habîbul ladzî turjâ syafâtuhû” adalah kutipan dari Qasidatul Burdah karya Imam Al-Bushiri yang sering diucapkan oleh orang-orang tua sebelum waktu shalat. Syair ini memiliki makna yang dalam, mengungkapkan betapa pentingnya kedudukan Nabi Muhammad (SAW) dalam penciptaan dunia dan sebagai pembawa syafaat bagi umat manusia.
Kutipan lengkap dari syair tersebut berbunyi:
وَكَيفَ تَدْعُو إلَى الدُّنيا ضَرُورَةُ مَنْ ** لولاهُ لم تخرجِ الدنيا من العدمِ
محمدٌ سيدُ الكونينِ والثَّقَلَيْ ** ينِ والفريقينِ من عُربٍ ومن عجمِ
Artinya, “Bagaimana orang yang jika bukan karena dirinya, dunia ini tidak akan ada; Muhammad adalah penghulu dua semesta, dua makhluk mulia, dan dua kelompok besar dari Arab dan non-Arab.”
Syair ini tidak hanya merupakan karya sastra, tetapi juga diyakini memiliki khasiat untuk membuka pintu langit dan memudahkan jalan keluar dari kesulitan. Syekh Ibrahim Al-Baijuri menyatakan bahwa siapa pun yang rutin membaca dua bait ini akan terhindar dari kesulitan. Jika seseorang terjebak dalam kesulitan sebelum membaca dua bait ini, lalu membiasakan diri untuk membacanya di tengah malam dengan tawassul kepada Nabi Muhammad (SAW), maka Allah akan mengangkat kesulitan tersebut.
Kutipan selanjutnya dari syair Burdah yang juga disebutkan oleh Syekh Ibrahim Al-Baijuri adalah:
نبينَّا الآمرُ الناهي فلا أحدٌ ** أبَرَّ في قَوْلِ “لا” مِنْهُ وَلا “نَعَمِ”
هوَ الحَبيبُ الذي تُرْجَى شَفاعَتُهُ ** لِكُلِّ هَوْل من الأهوال مُقْتَحِمِ
Artinya, “Nabi kami yang amar (makruf) dan nahi (munkar) tiada seorang pun yang lebih baik darinya dalam berkata ‘tidak’ dan ‘ya’; Dialah al-habib, sang kekasih yang diharapkan syafaatnya bagi setiap huru-hara yang tiba-tiba.”
Melazimkan pembacaan dua syair ini sebelum waktu azan atau saat berkumpul dengan anak-anak dapat menjadi amalan yang baik. Semoga Allah memberikan jalan keluar atas segala kesulitan yang kita hadapi.
