Ihsan merupakan salah satu konsep penting dalam ajaran Islam yang dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad (SAW) dalam sebuah hadits. Dalam hadits tersebut, Rasulullah (SAW) menjelaskan ihsan sebagai berikut: “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.” (HR Muslim).
Imam Nawawi menambahkan bahwa ketika seseorang beribadah, seharusnya ia merasakan kehadiran Allah di hadapannya, sehingga ia akan berusaha untuk tidak melakukan tindakan yang tidak pantas. Sebagai ilustrasi, ketika seseorang bertemu dengan pejabat penting, seperti walikota, ia akan berperilaku sopan dan penuh penghormatan. Begitu pula saat beribadah kepada Allah, seseorang harus menghadirkan rasa hormat dan khusyuk dalam setiap tindakan ibadahnya.
Ihsan tidak hanya terbatas pada saat seseorang melakukan ibadah ritual seperti shalat atau membaca Al-Qur’an, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan. Kita menjadi hamba Allah kapan saja dan di mana saja, baik saat beribadah maupun dalam aktivitas sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa perilaku ihsan harus diterapkan secara konsisten, baik di dalam masjid maupun di luar, seperti di pasar atau tempat kerja.
Dengan berperilaku ihsan, seseorang akan merasa diawasi oleh Allah dalam setiap tindakan. Seorang pengendara sepeda motor tidak akan ugal-ugalan, seorang pedagang tidak akan berbuat curang, dan seorang pegawai tidak akan melakukan korupsi, karena mereka menyadari bahwa Allah selalu mengawasi mereka.
Dalam konteks ini, ihsan menjadi panduan moral yang mendorong seseorang untuk berperilaku baik dan menjunjung tinggi integritas di mana pun ia berada. Dengan demikian, ihsan bukan hanya sekadar konsep, tetapi merupakan cara hidup yang harus diinternalisasi oleh setiap Muslim.