Pemberian dari manusia yang dilupakan akan kehadiran Allah sejatinya adalah sebuah kehilangan hakiki dari makna pemberian tersebut. Syekh Ibnu Athaillah menyatakan bahwa pemberian dari makhluk adalah terluput, sedangkan penangguhan dari Allah adalah sebuah kebaikan. Hal ini mengingatkan kita untuk selalu mengingat siapa yang sebenarnya memberikan anugerah di balik setiap pemberian yang kita terima.
Ketika seseorang melupakan Allah dalam konteks pemberian manusia, dia berisiko terjatuh dalam pemikiran yang menempatkan manusia sebagai pemilik sejati dari anugerah tersebut. Ini bisa membawa kepada syirik yang halus, di mana seseorang mengakui eksistensi makhluk dan melupakan keesaan Allah dalam memberikan segala sesuatu.
Sebaliknya, penangguhan Allah terhadap permohonan kita bisa menjadi sebuah tanda kebaikan. Penangguhan ini mengingatkan kita bahwa semua yang terjadi, baik itu pemberian maupun penangguhan, berada di tangan Allah. Dengan memahami hal ini, kita dapat meneguhkan tauhid kita dan menyadari bahwa segala sesuatu yang kita alami merupakan bagian dari rencana-Nya.
Penting untuk menjaga kesadaran bahwa di balik setiap pemberian dan penangguhan terdapat kehadiran Allah. Ini adalah inti dari pemahaman tauhid dalam melihat realitas kehidupan. Wallahu a‘lam.