Kekayaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, ada kalanya kepemilikan harta yang berlebihan justru membuat seseorang lupa diri, sementara di sisi lain, kekurangan harta dapat mengganggu ketenangan dalam beribadah. Lantas, bagaimana seharusnya ukuran kekayaan yang ideal?

Syekh Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa kekayaan yang ideal adalah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa membuat pemiliknya terjerumus dalam kesombongan. Dalam karyanya, ia menyatakan bahwa salah satu kesempurnaan nikmat Allah adalah ketika Dia memberikan harta yang cukup, sehingga seseorang tidak melewati batas dalam kepemilikan harta.

Syekh Zarruq menambahkan bahwa harta yang ideal harus dapat memenuhi kebutuhan hidup secara riil dan mendukung seseorang dalam beribadah. Harta yang cukup akan membuat seseorang tenang, tanpa merasa resah saat kehilangan atau terlalu bergantung pada keberadaan harta tersebut.

Syekh Syarqawi juga menekankan pentingnya memiliki harta yang cukup, tidak lebih dan tidak kurang. Harta yang sedikit tetapi cukup lebih baik daripada yang banyak namun menjauhkan dari ketaatan kepada Allah. Dalam pandangannya, harta yang kurang dari cukup dapat mengalihkan perhatian seseorang dari kewajiban kepada Allah, sehingga bukan merupakan nikmat yang sempurna.

Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan bahwa manusia cenderung melewati batas ketika merasa cukup, dan dalam hadits disebutkan bahwa harta yang sedikit dan cukup lebih baik daripada yang banyak tetapi melenakan. Oleh karena itu, umat Islam, terutama yang terlibat dalam tarekat dan sufisme, perlu memiliki harta yang cukup untuk mendukung aktivitas ibadah mereka.

Kesimpulannya, umat Islam harus menjaga keseimbangan dalam kepemilikan harta. Mereka tidak boleh lupa diri ketika memiliki banyak harta, tetapi juga tidak boleh kekurangan harta, karena hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi dalam beribadah. Wallahu a‘lam.