Dalam kehidupan sehari-hari, memuji orang lain merupakan hal yang umum dilakukan, baik dengan niat tulus maupun dengan tujuan tertentu. Namun, dalam Islam, memuji seseorang tidak selalu diperbolehkan. Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad (SAW) disebutkan bahwa jika kita melihat orang yang suka memuji, maka sebaiknya kita menumpahkan debu ke mukanya. Rasulullah (SAW) bersabda: “Jika kalian melihat orang-orang yang suka memuji, maka tumpahkanlah debu ke mukanya,” (HR Muslim).

Mayoritas ulama sepakat bahwa memuji orang lain diperbolehkan jika orang yang dipuji tidak berada di depan kita. Namun, jika orang tersebut ada di hadapan kita dan kita ingin memujinya, ada beberapa saran dari Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar yang perlu diperhatikan. Menurut Imam An-Nawawi, ada beberapa hadis yang membolehkan memuji di hadapan orang yang dipuji, dan ada pula yang melarangnya. Para ulama menjelaskan bahwa jika orang yang dipuji memiliki iman yang kuat, keyakinan yang baik, dan pengetahuan yang cukup, sehingga tidak terpengaruh oleh pujian dan tidak merasa sombong, maka memuji orang tersebut tidak haram dan tidak makruh. Sebaliknya, jika ada kekhawatiran bahwa pujian tersebut akan membuatnya sombong atau lalai, maka sangat tidak dianjurkan untuk memujinya.

Perbedaan pendapat ini muncul karena beberapa hadis yang tampak bertentangan. Di satu sisi, ada hadis yang melarang pujian, namun di sisi lain, Nabi Muhammad (SAW) juga sering memuji sahabat-sahabatnya. Imam An-Nawawi menyarankan agar pemahaman terhadap hadis-hadis ini dilakukan dengan melihat konteksnya. Jika orang yang dipuji memiliki iman yang kuat dan tidak akan terpengaruh oleh pujian, maka pujian tersebut diperbolehkan. Namun, jika orang yang dipuji memiliki iman yang lemah dan mudah tergoda, maka pujian tidak diperbolehkan. Dengan demikian, memuji orang lain sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, terutama jika orang yang dipuji berada di hadapan kita. Wallahu a’lam.