- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Hakikat Doa dalam Kehidupan Seorang Hamba

Google Search Widget

Dalam menghadapi berbagai masalah atau hajat, manusia seringkali melakukan usaha-usaha yang bersifat manusiawi, termasuk berdoa kepada Allah (SWT). Namun, sering kali kita terjebak dalam pemahaman keliru, di mana kita menganggap bahwa ikhtiar atau doa kita adalah penyebab dari pemenuhan hajat atau keberhasilan dalam mengatasi masalah. Pandangan ini perlu diluruskan, sebagaimana disampaikan oleh Syekh Ibnu Athaillah dalam hikmahnya yang mengingatkan kita agar tidak memaknai permintaan kita sebagai sebab atas pemberian Allah.

Syekh Ibnu Athaillah menegaskan bahwa pemahaman yang keliru ini biasanya dimiliki oleh mereka yang makrifatullahnya belum sempurna. Mereka cenderung melihat doa sebagai mekanisme yang dapat mempengaruhi pemberian Allah, padahal seharusnya doa dipahami sebagai ungkapan kehambaan dan pemenuhan hak-hak ketuhanan. Dalam pandangan ini, permintaan kita kepada Allah seharusnya menjadi pernyataan diri kita sebagai hamba yang lemah dan tidak berdaya tanpa-Nya.

Lebih lanjut, Syekh Syarqawi menjelaskan bahwa segala bentuk ibadah dan amal saleh, termasuk doa, tidak seharusnya diniatkan sebagai sebab untuk mendapatkan anugerah dari Allah. Sebaliknya, semua itu harus dimaksudkan sebagai bentuk pengabdian kita kepada-Nya. Permintaan kita kepada Allah seharusnya mencerminkan ketundukan dan kerendahan hati kita sebagai makhluk-Nya.

Jika kita terjebak dalam pemahaman kausalitas antara doa dan anugerah Allah, hal ini dapat berdampak negatif pada rasa syukur dan keridhaan kita terhadap-Nya. Syekh Ahmad Zarruq mengingatkan bahwa jika kita melihat doa sebagai sebab, maka ketika Allah memberi, kita mungkin tidak bersyukur dengan sepenuh hati. Sebaliknya, jika tidak diberi, kita bisa menjadi tidak ridha. Pandangan seperti ini menunjukkan ketidakpahaman kita akan hakikat hubungan kita dengan Allah.

Hikmah dari Syekh Ibnu Athaillah ini tidak berarti kita disarankan untuk berhenti berdoa. Sebaliknya, hikmah ini membuka wawasan kita untuk memahami doa sebagai salah satu bentuk ikhtiar yang setara dengan usaha-usaha lainnya. Ini mengajak kita untuk menyadari posisi kita di hadapan Allah dan untuk terus berdoa, baik dalam keadaan sulit maupun dalam keadaan cukup, sebagai ungkapan kehambaan kita. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup ini dengan penuh kesadaran akan hakikat doa dan hubungan kita dengan Sang Pencipta. Wallahu a‘lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?