Ilusi seringkali menjadi penghalang bagi manusia dalam menjalani kehidupan yang penuh makna dan kedamaian. Banyak orang terjebak dalam angan-angan bahwa sesuatu selain Allah (SWT) dapat memenuhi kebutuhan mereka, baik untuk mendatangkan kebaikan maupun untuk menjauhkan dari keburukan. Pemahaman ini, meskipun tampak sepele, dapat mengarahkan manusia pada kehinaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilusi diartikan sebagai sesuatu yang hanya ada dalam angan-angan, khayalan, atau pengamatan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Ilusi ini, meskipun hanya bayangan, memiliki kekuatan untuk menggiring manusia dalam kesesatan, sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Ibnu Athaillah dalam hikmahnya yang menyatakan bahwa tidak ada yang dapat mendikte sekuat ilusi.
Ilusi ini berfungsi sebagai keyakinan yang salah, bertentangan dengan realitas, dan dibangun atas dasar ketidakpastian. Individu yang terpengaruh ilusi cenderung mengejar hal-hal yang tidak nyata dan kurang sabar, sehingga mengabaikan kepastian yang telah ditentukan oleh Allah (SWT).
Dampak dari ilusi ini sangat signifikan. Mereka yang terjebak dalam ilusi akan terus mencari sesuatu di luar diri mereka, yang pada akhirnya akan membawa mereka pada kehinaan. Ketidakmampuan untuk tidak terpengaruh oleh ilusi ini membuat individu sibuk dengan hubungan sosial dan konflik dengan orang lain, sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mencintai dan mengawasi Allah.
Ilusi yang dialami oleh kalangan awam berbeda dengan yang dialami oleh kalangan khawash. Kalangan awam terjebak dalam keterikatan dengan makhluk, sementara kalangan khawash sering kali terhenti pada pengalaman spiritual yang mereka rasakan, tanpa melanjutkan pencarian mereka kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa perasaan cukup tanpa kehadiran Allah adalah sebuah kehilangan.
Mereka yang terbebas dari ilusi akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup mereka, sementara mereka yang terkungkung oleh ilusi akan terus berlari mengejar bayangan yang tidak nyata. Ahli hakikat, yang telah membebaskan diri dari ilusi, hanya bergantung kepada Allah dan tidak terpengaruh oleh harapan yang tidak realistis.
Hikmah yang disampaikan oleh Syekh Ibnu Athaillah sejalan dengan ayat dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa siapa saja yang beramal saleh dan beriman, niscaya akan diberikan kehidupan yang baik oleh Allah. Mereka yang terbebas dari pengaruh ilusi akan hidup dalam ketenangan, keyakinan, dan keridhaan dari Allah, serta memiliki sifat qanaah yang membawa mereka pada kehidupan yang penuh berkah.