Nabi Ibrahim (AS) suatu ketika merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang paling penuh kasih terhadap sesama. Mendengar pemikiran ini, Allah SWT mengujinya dengan memperlihatkan berbagai kejahatan yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya. Ketika Nabi Ibrahim (AS) melihat seorang durjana, ia berdoa agar Allah membinasakannya. Namun, Allah SWT menolak permintaannya dan menegaskan bahwa Dia lebih menyayangi hamba-hamba-Nya dibandingkan Nabi Ibrahim (AS). Allah mengingatkan bahwa hamba yang dianggap durhaka mungkin akan bertobat.
Dalam sebuah riwayat, Allah mengabulkan permintaan Nabi Ibrahim (AS) untuk membinasakan hamba-hamba durhaka, namun hal ini diiringi dengan teguran dari Allah SWT. Dia mengingatkan Nabi Ibrahim (AS) tentang kemungkinan pertobatan hamba-hamba-Nya dan bahwa mereka mungkin memiliki keturunan yang akan memuji-Nya. Teguran ini menjadi pelajaran berharga bagi Nabi Ibrahim (AS) mengenai pentingnya belas kasih.
Kekerasan hati Nabi Ibrahim (AS) terhadap orang-orang yang bermaksiat disinyalir menjadi salah satu alasan turunnya perintah untuk menyembelih anaknya yang tercinta. Meskipun berat, Nabi Ibrahim (AS) menunjukkan ketaatannya kepada Allah SWT. Saat bersiap untuk menyembelih anaknya, ia teringat akan kasih sayangnya dan mendengar suara Allah yang mengingatkan akan doanya untuk membinasakan hamba-hamba-Nya.
Hikmah dari kisah ini diungkapkan oleh Ibnu Athaillah, yang mengingatkan bahwa siapa pun yang mengetahui rahasia hamba-hamba Allah tetapi tidak berakhlak dengan kasih sayang Ilahi, akan terjerumus dalam fitnah dan bencana. Pengetahuan tanpa rahmat dapat menyebabkan seseorang menjadi ujub dan takabur, menganggap diri lebih baik daripada orang lain, yang merupakan bencana terbesar.
Penting untuk memahami hikmah ini bukan sebagai pembenaran untuk mengabaikan kejahatan atau kezaliman. Setiap pelanggaran hukum harus ditindak tegas. Namun, kita diajarkan untuk memandang manusia dengan rahmat Ilahi, tanpa membedakan antara yang taat dan yang durhaka. Dengan pandangan penuh kasih sayang ini, kita dapat meraih rahmat dari Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang menyatakan bahwa orang yang berbelas kasih akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Penyayang.
Oleh karena itu, marilah kita mendoakan agar Allah menurunkan taufiq-Nya kepada semua hamba-Nya, tanpa terkecuali.